photo AB230x90gif_zps839436ce.gif photo AB230x90gif_zps839436ce.gif photo AB230x90gif_zps839436ce.gif photo AB230x90gif_zps839436ce.gif

Friday, October 28, 2016

Pemerkosaan di Malam nan Keji

TOMAT BASAH - Waktu sudah larut malam saat Wiwin dan Anisya pulang jalan-jalan dari sebuah mall di kota Bandung, kota tempat mereka menuntut ilmu pada sebuah PTN terkemuka. Saat itu kampus mereka sedang liburan semester yang lumayan lama, sehingga banyak di antara teman-teman mereka yang memilih pulang kampung, namun bagi Wiwin dan Anisya lebih memilih untuk tetap tinggal di kota Bandung karena tidak banyak yang dapat mereka kerjakan untuk mengisi waktu liburan di Jakarta kota asal mereka.

bandar togel online terbaik dan terpercaya

Sampai di tempat kost mereka kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah di sekitarnya sudah sepi begitupula di dalam kost-kostan karena semua penghuninya pulang ke kampung atau kota asal mereka masing-masing untuk memanfatkan waktu liburan kuliah mereka, dan kini tinggallah mereka berdua saja yang masih bertahan di dalam areal kost yang luas dan besar itu. Walau usia mereka terpaut jauh, mereka berdua sangatlah akrab karena selain mereka tinggal sekamar dan berasal dari Jakarta, di kampus mereka juga satu fakultas.

Wiwin saat ini berusia 26 tahun, sementara Anisya baru berusia 18 tahun. Keduanya memiliki wajah yang cantik, Wiwin dengan bentuk badan yang berukuran sedang nampak anggun dengan penampilan kesehariannya, sedangkan Anisya memiliki tubuh yang mungil dan wajah yang imut-imut. Banyak pria yang tertarik kepada mereka berdua, karena bukan saja mereka cantik dan pintar, namun mereka juga pandai dalam bergaul dan ringan tangan. Akan tetapi dengan halus pula mereka menolak berbagai ajakan yang ingin menjadikan mereka sebagai kekasih atau pacar dari para pria yang mendekati mereka.

Wiwin saat ini lebih memilih berkonsentrasi untuk menghadapi sidang skripsinya, sedang Anisya yang baru menamatkan tahun pertamanya di kampus tersebut lebih memilih untuk aktif di organisasi kampus dari pada pacaran atau berhura-hura.

Sesampainya di kost, Wiwin langsung menuju ke kamar kost dan membuka pintu, sedangkan Anisya mampir dulu ke kamar mandi yang terletak agak jauh dari kamar kost mereka. Setelah membuka kamar, Wiwin begitu terkejut ketika dilihatnya kamar mereka sudah berantakan seperti habis ada pencuri. Belum lagi sempat memeriksa segalanya, tiba-tiba kepala Wiwin sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.

Wiwin tidak tahu apa-apa sampai tubuhnya digoncang-goncang seseorang hingga tersadar dan menemukan dirinya sudah dalam keadaan terikat di kursi tempat biasanya dia duduk untuk belajar dan mulutnya disumpal kain, sehingga tidak dapat bersuara. Belum lagi lama dia siuman, matanya terbelalak ketika melihat pemandangan di sekitarnya, ia melihat dua pria di depannya. Yang menyuruhnya bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya berambut gondrong dia hanya mengenakan celana jeans kumal, badannya telanjang penuh dengan tatto. Dan satu orang lagi juga berbadan agak gemuk, berambut acak-acakan juga hanya mengenakan celana jeans.

Wajah mereka khas, usia mereka sekitar 40 tahunan. Sementara kamar kost mereka dalam keadaan tertutup rapat, jendela pun yang tadinya agak sedikit terbuka kini telah tertutup rapat. Tidak beberapa lama kemudian mata Wiwin kembali terbelalak dan ingin menjerit, karena kedua orang itu ternyata dikenalnya. Yang membangunkan dia bernama Asan dan satu lagi bernama Thomas atau sering dipangil Liem. Mereka berdua adalah teman dari Henry pemilik kost yang sering nongkrong di tempat itu, pekerjaan mereka tidak jelas.

Memang beberapa waktu yang lalu Wiwin dan Anisya dikenalkan oleh Henry kepada Asan dan Liem. Karena dengan setengah memaksa Henry, Asan dan Liem ingin dikenalkan dengan Wiwin dan Anisya yang waktu itu baru pulang dari kampus. Rupanya mereka berdua tertarik dengan kecantikan Wiwin dan Anisya. Akan tetapi rupanya cinta mereka bertepuk sebelah tangan, Wiwin dan Anisya lebih sering menghindar untuk bertemu dengan Asan dan Liem. Dan yang membuat hati Wiwin menjerit dan panas adalah begitu sadar sepenuhnya dan mengetahui Asan sedang duduk di pinggir ranjang mereka sambil memangku Anisya yang saat itu sudah tinggal memakai BH dan celana dalamnya saja yang berwarna putih.

Anisya sambil menangis memohon-mohon minta dilepaskan, air matanya telah membasahi wajahnya yang cantik itu. Tapi si Asan yang badannya jauh lebih besar itu tidak menghiraukannya, dia mulai meremas-remas payudara Anisya yang baru sekepalan tangan orang dewasa itu yang masih terbungkus BH itu, kemudian menjilati leher Anisya.

Pria itu lalu berkata, Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat..!
Setelah itu dilumatnya dengan rakus bibir indah Anisya dengan bibirnya, Hmp.., cup.., cup..,begitulah bunyinya saat kedua bibir mereka beradu.

Air liur pun sampai menetes-netes keluar, rupanya lidah Asan bermain di dalam rongga mulut Anisya.

Sementara itu Liem yang berada di samping Wiwin berkata kepada Wiwin, Hei, elo sudah bangun ya, teman elo ini boleh juga, gue pake dia dulu ya, baru setelah itu giliran elo, nah sekarang elo perhatikan gue baik-baik kalo sampe elo nanti engga bisa muasin nafsu gue, mampus deh elo..! sambil mengelus-elus kepala Wiwin.
Wiwin mau berontak tapi tidak dapat berbuat apa-apa, Wiwin pun mulai pucat.

Lalu Asan yang masih memangku Anisya menyudahi serbuan bibirnya dan berkata, Ok Sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!

Dia menyuruh Anisya berlutut di depannya dan menyuruhnya membukakan celana jeans kumalnya, lalu mengulum batang kemaluannya.

Sambil menangis Wiwin memohon belas kasih, J.. ja.. angan.. tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!

Belum selesai berkata, tiba-tiba, Pllaakk..! si Asan menampar pipinya dan menjambak rambutnya.
Dengan paksa Anisya dibuat berlutut di depannya, â€Å“Masukkan ke dalam mulut elo, hisap atau gue bunuh elo..!

Terpaksa dengan putus asa dan wajah yang pucat dan gemetar, Anisya membuka celana Asan dan begitu dia menurunkan celana dalam Asan tampaklah kemaluan Asan yang telah membesar dan menegang. Tanpa membuang waktu Asan segera memasukkan kemaluannya itu ke mulut Anisya yang mungil itu. Batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Anisya.

Hhmpp.., emphh.. mpphh..! begitulah suara Anisya saat mulutnya dijejali dengan kemaluan Asan.

Liem juga tidak tinggal diam, rupanya nafsu telah memenuhi otaknya, setelah dia melepas celana jeansnya dia berdiri di samping Anisya, menyuruh Anisya mengocokkan batang kemaluannya yang juga telah membesar dengan tangan. Batang kemaluan Liem tidak sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Anisya dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali kemaluan Asan dan tangan kanannya mengocok batang kemaluan Liem.

Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis cantik ini, lain dari yang lain..! kata Asan.
Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih..! timpal Liem.

Beberapa lama kemudian nampak tubuh Asan menegang, seluruh badannya mengejang, dan,A.. akh..! Asan akhirnya berejakulasi di mulut Anisya.

Cairan putih kental memenuhi mulut Anisya menetes di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap darah, dan Anisya terpaksa meminum semuanya karena takut ancaman mereka dan juga kuatnya pegangan tangan Asan di kepalanya.

Setelah itu mereka melepas BH dan CD Anisya, sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara dan bulu-bulu kemaluannya yang masih halus dan jarang.
Waw cantik sekali anjing ini. ujar Liem sambil memandangi tubuh bagian dada dan bawah Anisya yang sedang terisak-isak ketakutan.

Kali ini Liem duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Anisya berjongkok di depannya sambil terus memijati dan mengocok batang kemaluan dengan tangannya. Anisya terpaksa menuruti kemauan Liem itu sambil sesekali dipaksa untuk menjilati ujung batang kemaluannya, sehingga Liem mendengus keenakan. Sementara itu si Asan mengambil posisi berbaring di bawah kemaluan Anisya dan menjilati liang vaginanya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang kemaluan itu.
Seketika itu Anisya kaget dan, Ehhgh.., iihh.. iih.. eggmhh..! Anisya pun merintih-rintih jadinya, badannya menggeliat-geliat akibat tusukan jari-jari serta jilatan lidah Asan di kemaluan Anisya.

Ayo anjing.., kocok terus barang gue..! bentak Liem sambil menampar kepala Anisya.
Kembali Anisya mengocok kemaluan Liem sambil badannya terus meliak-liuk karena kemalunnya mendapat serangan dari tangan dan lidah Asan. Dari bibirnya pun terus terdengar suaranya merintih-tintih.

Sekitar 10 menit dikocok, Liem memuncratkan maninya dan membasahi wajah serta rongga mulut Anisya. Kali ini Anisya sudah tidak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu Liem jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Anisya dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang.
Pelacur anjing..! Kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku. Kalo sekali lagi begitu, kurontokkan gigi elo, dengar itu..! bentaknya.

Asan pun terpaksa menyudahi aktifitasnya dan ikut-ikutan menampar Anisya.
Goblok..! Gue lagi asyik nikmatin memek elo. Elo jangan macem-macem ya..! bentak Asan.
Anisya hanya dapat menangis memegangi pipinya yang merah akibat dua kali tamparan itu. Nampak kemarahan Wiwin bangkit karena teman dekatnya diperlakukan begitu. Wiwin meronta-ronta di kursinya, tapi ikatannya terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang. Melihat reaksi Wiwin si Asan berkata, Kenapa? Elo tidak terima ya pacar elo gue pinjam, tapi sayang sekarang elo nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..! Abis ini giliran elo yang gue entot..! Hahaha..!

Mereka kembali menggerayangi tubuh Anisya, kali ini Asan merentangkan tubuh Anisya di tempat tidur dan membuka lebar kedua pahanya, dan segera mulai memasukkan batang kejantanannya ke liang kemaluan Anisya.
J.. jangan. Aduh.., tto.. long.., Mbak Wiwin. Ampun Bang..! pinta Anisya sambil mencoba berontak tapi dengan sigapnya Liem membantu Asan dengan memegangi kedua tangan Anisya.
Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang kemaluan Anisya yang masih sempit, sehingga dari wajah Anisya terlihat dia menahan sakit yang amat sangat, tangisannya pun semakin keras.

Setelah hampir seluruh batang kemaluannya terbenam di dalam liang kemaluan Anisya, Asan mulai memaju-mundurkan pantatnya, mulai dengan irama pelan hingga dengan cepat. Keringat pun dengan deras membasahi kedua tubuh itu. Beberapa saat kemudian dari sela-sela kemaluan Anisya mengucur darah segar bercampur dengan cairan bening hingga warnanya berubah menjadi merah muda meleleh membasahi paha Anisya.
Aakkh.. aahh.. aa. ouhh.. ss.. aakit. ooh. aampuun.. ohh.., begitulah erangan dan teriakan Anisya merasakan sakitnya.

Rupanya teriakan dan erangan Anisya menambah nafsu dan semangat Asan untuk terus memompakan kemaluannya dengan keras dan cepat hingga badan Anisya pun terbanting-banting dan terguncang-guncang keras. Anisya hanya pasrah mengikuti irama Asan dan kedua tangan Anisya pun kini sudah dilepas oleh Liem.

Selama beberapa menit disetubuhi oleh Asan, tiba-tiba badan Anisya menegang sampai secara refleks dia memeluk kepala Asan yang sedang asyik menggenjotnya. Dia rupanya mengalami orgasme sampai akhirnya melemas kembali. Asan pun menyudahi gerakan memompanya namun kemaluannya masih tetap tertanam di dalam liang vagina Anisya.
He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria cokin, gimana rasanya enak engga, jawaabb..! bentak si Asan sambil menarik rambut Anisya.

Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata Anisya menjawab, E.. e.. enak, enak sekali..!
Jawab lebih keras supaya teman loe dengar pengakuan loe..! kata Liem.
I.. iya, s.. saya suka sekali bercinta. jawabnya dengan suara terbata-bata.
Tuh, kamu dengar kan, apa kata teman elo, dia suka dientot, ha.. ha.. ha..! ejek mereka pada Wiwin yang hanya dapat meronta-ronta sambil menangis di kursinya.
Hatinya benar-benar serasa mau meledak tapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.

Kemudian si Asan mencabut kemaluannya dan membuat posisi badan Anisya gaya posisi anjing, dia kemudian memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya Anisya hingga terbenam seluruhnya.
Karena rasa perih dan sakit yang tidak terhingga, maka Anisya berteriak memilukan, Aaakkhh..!
Lalu dia menariknya lagi, dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu di pantat Anisya hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelalak.

Ooughh..! Anisya mendengus keras menahan rasa perih dari lubang duburnya, seluruh badannya kembali mengeras lolongannya pun kembali terdengan memilukan, Aahh.. ouh.. aah..! Aa.. mpun.., ssakit. Aakhh..!
Kini Asan meyodomi Anisya dengan irama yang keras dan cepat hingga Anisya menggelepar-gelepar, dan badannya kini mulai melemah dan habis akibat digenjot oleh Asan.

Tidak beberapa lama Asan akhirnya mencabut kemaluannya dari lubang dubur Anisya dengan kasar. Kembali darah segar mengucur deras dari liang dubur Anisya, sementara Anisya tertelungkup jatuh ke kasur disertai rintihan panjang melemah, Aahh..!
Namun Asan belum juga puas, kemalunnya masih garang. Kini ditelentangkannya Anisya dan kembali Asan meniduri Anisya dan memasukkan kembali batang kemaluannya ke lubang vagina Anisya yang telah lemas itu, dan kembali Asan menggenjot tubuh lunglai itu.

Tidak lama Asan pun berejakulasi di rahim Anisya. Lolongan kepuasan keluar dari mulut Asan disaat menyemprotkan spermanya yang jumlahnya banyak itu hingga meluber keluar dari sela-sela kemaluan Anisya. Anisya pun merintih lirih, dan akhirnya bersamaan dengan itu Anisya pun pingsan karena kehabisan tenaga dan rasa sakit yang tidak terhingga.
Dengan perasaan puas Asan pun merebahkan badannya di samping Anisya yang tergeletak tidak bergerak.
Akhirnya gue perawanin juga elo. Dasar cewek sombong..! ujarnya sambil mengehela napas dan melirik Anisya.

Sesudah itu kini Liem yang tadi menjadi penonton mulai mendekati Wiwin yang masih terikat lemas di kursinya.
Hei, teman elo boleh juga tuh. Nah, sekarang giliran elo yang servise gue. Asal elo tau gue itu naksir berat ama elo, tapi elo menghindar melulu. Gue tau gue jelek dan gue beda ama yang elo bayangkan jadi pacar elo. Buat gue itu engga soal, sekarang gue cuma mau perkosa elo. Udah gitu elo bebas, tapi kalo elo berontak, Mati elo..!
PLAAK..! sebuah tamparan keras menghantam kepala Wiwin hingga Wiwin yang masih diikat di kursi itu terjatuh bersama kursinya.
Hmmph..! dengan mulut tersumbat Wiwin berteriak.

Kemudian dia menarik dan meletakkan tubuh Wiwin mengembalikan ke posisi semula. Dengan pisau dapur milik kedua mahasiswi itu dia merobek-robek baju kaos lengan panjang yang dikenakan oleh Wiwin. Nafas Wiwin tersentak ketika dengan cepat Liem dengan pisaunya melucuti BH dan celana panjang bahan yang dikenakannya. Sekarang Wiwin hanya memakai celana dalamnya yang berwarna putih serta sepasang kaos kaki putih setinggi lutut yang selalu dikenakannya. Payudaranya yang penuh bulat terbuka, tubuhnya putih mulus masih dalam posisi terikat di tempat duduknya.

Hmph.., hmph..! Wiwin meronta sambil memandang Liem dengan putus asa, matanya memerah dan air matanya mengalir deras membasahi pipinya, wajahnya pucat pasi.
Karena dia menyadari yang akan terjadi pada dirinya, yaitu sebagai pemuas nafsu bejat.
Diem brengsek..! kata Liem, PLAK..! sekali lagi tamparan kuat mendarat di pipi Wiwin, membuat kepala Wiwin tersentak.

Kemudian ia membuka ikatan Wiwin dan membantingnya ke tempat tidur dalam posisi telungkup, dan setelah itu dia merentangkan kedua tangan Wiwin serta melebarkan kedua kaki Wiwin hingga posisi Wiwin kini seperti orang merangkak. Wiwin hanya dapat pasrah mengikuti kemauan Liem. Tepat di hadapannya terdapat kaca rias, setinggi tubuh manusia. Kaca itu biasanya digunakan Wiwin dan Anisya untuk berdandan sebelum pergi kuliah.

Leim lalu merobek celana dalam Wiwin dengan kasar dan menjatuhkannya ke lantai. Sekarang Wiwin dapat melihat dirinya melalui cermin di depannya telanjang bulat, dan di belakang dilihatnya Liem sedang mengagumi dirinya.
Gila bener! Gue suka pantat lo. Lo bener-bener oke!
Liem menampar pantat sekal Wiwin yang sebelah kiri yang membuat Wiwin menjerit kaget.

Lalu tanpa menunggu lagi, Liem yang mulai dirasuki nafsu sex memperlihatkan penisnya yang sudah keras. Liem hanya membiarkan topi yang masih tetap membungkus kepala Wiwin dan sepasang kaos kaki putih yang masih dikenakan Wiwin, mungkin ini dapat membuat nafsu Liem semakin menjadi. Karena memang dengan mengenakan topi, wajah Wiwin jadi nampak cantik dan lucu seperti komentar kebanyakan teman-temannya.

Kemudian Liem menyelipkan penisnya di antara kedua kaki Wiwin lewat belakang.
Ooh.., ampun Pak Liem. Ampunn.., jangann.. jangan! Ampun, jangan..! Wiwin mulai menangis dan rasa tegang menyeliputi hatinya.
Sambil menoleh ke belakang dan memandang Liem, Wiwin mencoba untuk meminta belas kasihan. Terlihat air mata meleleh dari matanya. Namun Liem terus mengancam dengan pisau dapur yang masih digenggamnya.

Liem tidak perduli Wiwin memohon-mohon. Kepala penisnya kemudian menyusuri belahan pantat Wiwin, terus menuju ke bawah, kemudian maju mendekati bibir vaginanya. Setelah tangan si Liem memegang pinggul Wiwin, dengan satu gerakan keras penisnya bergerak maju.
Arrgghh.., ahh.., Ampun..! Wiwin menjerit-jerit ketika penis Liem mulai membuka bibir vaginanya dan mulai memasuki lubang kemaluannya.
Kaki Wiwin mengejang menahan sakit ketika penis Liem terus menembus masuk tanpa ampun menusuk-nusuk selaput daranya.

Bibir tebalnya menganga membentuk huruf O dan mengeluarkan rintihan-rintihan, Oohh.., oouugghh.., aa.. ampuun Bangg..! Aakkhh..!
Badannya pun tersodok-sodok. Liem terus bergerak memompa maju mundur memperkosa Wiwin. Ketika kepala Wiwin terjatuh lunglai kesakitan, dia menarik kepala Wiwin sehingga kepalanya kembali terangkat dan Wiwin kembali dapat melihat dirinya disetubuhi oleh Liem melalui cermin di depannya.

Kadang-kadang Liem menampar pantat Wiwin berulang kali, juga dilihatnya payudara Wiwin yang tersentak-sentak setiap kali Liem menyodok penisnya ke dalam vagina Wiwin dan dia hanya dapat pasrah mengerang-ngerang dan merintih. Tiba-tiba Liem mengeluarkan penisnya dari vaginanya. Wiwin langsung meronta dan berlari menuju pintu, berharap seseorang akan melihatnya minta tolong, biarpun dirinya telanjang bulat.

Tapi tiba-tiba Asan yang ternyata sudah pulih terlebih dahulu menyambar pinggangnya sebelum Wiwin sampai ke pintu depan.
Ahh, tolong! Tolompphh.., teriakan Wiwin dibungkam oleh tangan Asan, sementara itu Liem mendekat dan memukul Wiwin dengan keras.
Wiwin pun jatuh terjelembab ke lantai.
Dasar Bandel ya..! ujar Liem.

Kemudian Liem mengikat tangan Wiwin menjadi satu ke depan. Setelah itu, Wiwin didorong hingga terjatuh di atas lutut dan sikunya. Sekarang Liem memasukkan penisnya ke mulut Wiwin.
Mmpphh..! Wiwin mencoba berteriak dengan penis yang sudah masuk di dalam mulutnya.
Sementara itu Liem dengan tenang terus menggerakkan penisnya di mulut Wiwin. Kedua tangan Liem memegang kepala Wiwin dengan kencangnya menggerak-gerakkan maju dan mundur. Mata Wiwin tertutup dan wajahnya memerah, air matanya masih meleleh turun di pipinya, baru pertama kali dalam seumur hidupnya dia diperlakukan seperti ini.

Setelah beberapa lama mengocok kemaluannya di rongga mulut Wiwin, terlihat tanda-tanda Liem akan mencapai klimaksnya, gerakan memaju-mundurkan kepala Wiwin semakin cepat.
Dan, Akkh.. Croot.., croot..! Liem berejakulasi di mulut Wiwin, sperma yang keluar jumlahnya cukup banyak sehingga meluber keluar dari mulut Wiwin.
Wiwin hanya dapat mendengus-dengus dan dengan terpaksa menelan semua sperma yang dimuntahkan Liem tadi, sementara pegangan tangan Liem di kepala Wiwin semakin kencang, sehingga sulit bagi Wiwin untuk menarik kepalanya.

Setelah semprotan sperma yang terakhir, barulah Liem mencabut kemaluan dari mulut Wiwin yang kini mulutnya terlihat penuh dengan lendir memenuhi rongga mulutnya hingga ke bibirnya. Dengan napas puas Liem mencapakkan kepala Wiwin hingga telentang di kasur.
Siap, siap Sayang. Gue musti ngerasain pantat lo yang putih mulus dan sekal ini..! tiba-tiba terdengar suara Asan yang sudah berada di samping Wiwin.
Wiwin memandang Asan dengan wajah ketakutan. Dia tahu bagaimana Asan memperlakukan Anisya hingga pingsan.

Kemudian Asan menoleh ke Liem yang duduk di belakangnya untuk istirahat setelah klimaks tadi.
Ja.. jangan, jangann.. Bang Asan.. saya nggak mau diperkosa di situ Bang..! Ampun Bang. Rasanya ssakit.., kasihani saya Bang..! ujar Wiwin memelas kepada Asan.
He Anjing. Gue tetep nggak perduli lo mau apa nggak..!
Asan menarik tubuh Wiwin hingga dia terjatuh di atas sikunya lagi ke lantai, dan mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi. Kemudian dia menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anusnya.

Setelah itu dia membuka belahan pantat Wiwin lebar-lebar.
Ampun, jangan..! Sakit..! Ampun Bang Asan. Ampun..! Aakkhh..!
Asan mulai mendorong masuk, sementara Wiwin mejerit-jerit minta ampun. Wiwin meronta-ronta tidak berdaya, matanya terbelalak, hanya semakin menambah gairah Asan untuk terus mendorong masuk penisnya. Wiwin terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis Asan masuk ke anusnya.
Ampun..! Sakit sekali! Ampun! Ooughh.. iihh..! jerit Wiwin, ketika Asan mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anusnya.

Buset! Pantat lo emang sempit banget! Lo emang cocok buat beginian! kata Asan sambil mengusap-usap buah pantat Wiwin.
Sementara itu darah segar terlihat mulai mengalir menetes-netes membasahi paha dan kasur.
Bener-bener pantat kualitas nomer satu! omel Asan sambil terus memompa kemaluannya.

Tangisan Wiwin makin keras, Sakit! Sakit sekali! Ampun, sakit! Sakit Pak, ampun..! Sementara itu badannya mengejang-ngejang menggelepar-gelepar menahan rasa sakit yang teramat sangat, tubuhnya semakin basah oleh keringatnya.
Gila, gue bener-bener seneng sama pantat lo! ujar Asan sambil terus menyodomi Wiwin.
Hingga akhirnya tubuh Asan mengejan keras, kepalanya menengadah ke atas, cengkraman tangan di pinggang Wiwin pun semakin keras dan urat-uratnya pun kini terlihat pertanda sebentar lagi dia akan mencapi klimaksnya.

Asan berejakulasi di lubang pantat Wiwin yang semakin kepayahan dan tubuhnya melemah. Asan pun dengan menghela napas lega kembali menjatuhkan tubuhnya ke samping tubuh Wiwin yang juga terjatuh telungkup badannya lemas dan menahan rasa sakit yang tidak terhingga di lubang duburnya yang kini mengalami pendarahan.

Suara yang terdengar dalam kamar kost itu hanya tangisan Wiwin, tangisan yang benar-benar menyayat hati, yang membuat Liem kembali bangkit nafsunya. Liem berjongkok membalikkan tubuh Wiwin yang tadinya telungkup menjadi telentang. Kemudian menarik kaki Wiwin, lalu membukanya dan menekuk hingga kedua pahanya menyentuh buah dadanya.

Kini posisi Wiwin telah siap untuk disetubuhi, Liem meraih penisnya yang telah kembali tegang dan memeganginya, memandang ke arah Wiwin yang memalingkan wajahnya dari Liem, matanya terpejam erat-erat wajahnya yang masih mengenakan topi nampak cantik walau penuh dengan keringat dan air mata. Liem mengarahkan penisnya ke vagina Wiwin, cairan yang keluar dari penisnya membasahi vaginanya, membantu membuka bibir vagina Wiwin. Wiwin mengerang dan merintih, tubuhnya kembali meronta-ronta, giginya menggeretak, Liem nampak menikmati jeritan Wiwin ketika dia menghunjamkan penisnya ke vaginanya yang telah basah oleh darah dan cairan vaginanya.

Aahhgghh..! Liem mulai memperkosa Wiwin.
Kaki Wiwin terangkat karena kesakitan dan rintihan terdengar dari tenggorokannya. Tubuhnya mengejang berusaha melawan ketika Liem mulai bergerak dengan keras di vagina Wiwin. Liem menarik penisnya sampai tinggal kepalanya di vagina Wiwin sebelum didorong lagi masuk ke dalam rahimnya. Liem semakin bersemangat mompakan batang kemaluannya di dalam rahim Wiwin.

Nafsu telah membakar dirinya sehingga gerakannya pun semakin keras, sehingga semakin cepat tubuh Wiwin pun lemas tergoncang-goncang dan tersodok-sodok. Dan suatu ketika dengan kasarnya dicampakkannya topi yang menutupi kepala Wiwin oleh Liem, sehingga tergerailah rambut indah seukuran bahu milik Wiwin. Kini pada setiap hentakan membuat rambut indah Wiwin tergerai-gerai menambah erotisnya gerakan persetubuhan itu. Sambil terus menggenjot Wiwin, bibir Liem kini dengan leluasa melumat dan menjilati leher jenjang Wiwin yang tidak tertutup topi dan menyedot salah satu sisi leher Wiwin.

Gerakan dan hentakan-hentakan masih berlangsung, iramanya pun semakin cepat dan keras. Wiwin pun hanya dapat mengimbanginya dengan rintihan-rintihan lemah dan teratur, Ahh.. ohh.., ooh.. ohh.. oohh..! sementara tubuhnya telah lemah dan semakin kepayahan.
Akhirya badan Liem pun menegang dan tidak beberapa lama kemudian Liem berejakulasi di rahim Wiwin. Sperma yang dikeluarkannya cukup banyak. Liem nampak menikmati semburan demi semburan sperma yang dia keluarkan, sambil menikmati wajah Wiwin yang telah kepayahan dan lunglai itu.

Liem mengerang kenikmatan di atas badan Wiwin yang sudah lemah yang sementara rahimnya menerima semburan sperma yang cukup banyak.
Aauughh.. oh..! Wiwin pun akhirnya tersentak tidak sadarkan diri dan jatuh pingsan menyusul Anisya temannya yang terlebih dulu pingsan.
Badan Liem menggelinjang dan mengejan disaat melepaskan semburan spermanya yang terakhirnya dan merasakan kenikmatan itu. Batinnya kini puas karena telah berhasil menyetubuhi dan memperkosa serta merengut keperawanan Wiwin gadis mahasisiwi cantik yang ditaksirnya itu.

Senyum puas pun terlihat di wajahnya sambil menatap tubuh lunglai Wiwin yang tergelatak di bawahnya. Liem pun ibarat telah memenangkan suatu peperangan, akhirnya terjatuh lemas lunglai tertidur dan memeluk tubuh Wiwin yang tergolek lemah.

Begitulah malam itu Asan dan Liem telah berhasil merenggut kegadisan dua orang gadis cantik yang ditaksirnya. Waktu pun berlalu, fajar pun hampir menyingsing, kedua tubuh gadis itu masih tidak bergerak. Bekas keringat, cairan sperma kering dan darah mulai kering nampak menghiasi tubuh telanjang tidak berdaya kedua gadis cantik itu.

Pagi itu saat Asan dan Liem sudah rapih mengenakan pakaian mereka, tiba-tiba Henry sang pemilik kost mendatangi kamar kedua gadis itu. Saat itu dia bersama Acong teman Henry yang juga teman Asan dan Liem.
Hei.., kalian disini rupanya. ujar Henry.
Dan seketika matanya terbelalak ketika melihat ke dalam kamar kost dan melihat tubuh kedua gadis telanjang itu tergeletak tidak bergerak.
Wah elo-elo abis pesta disini ya..? tanya Henry.
Tanpa menjawab, Liem dan Asan dengan tersenyum hanya berlalu meninggalkan Henry dan Acong yang terbengong-bengong.

Saat Liem dan Asan berjalan meninggalkan kamar kost, mereka sempat melirik ke belakang. Rupanya Henry dan Acong sudah tidak terlihat lagi dan kamar kedua gadis itu kembali rapat terkunci. Kini rupanya giliran Henry dan Acong yang berpesta menikmati tubuh kedua gadis malang itu.

Memang rupa-rupanya Henry juga memendam cinta kepada gadis-gadis itu dan kali ini dia dibantu oleh Acong dapat leluasa menikmati tubuh gadis-gadis itu. Kembali tubuh Anisya dan Wiwin yang sudah tidak sadarkan diri menjadi bulan-bulanan. Henry dan Acong pun leluasa berejakulasi di mulut dan rahim gadis-gadis itu sepuas-puasnya.


Thursday, October 27, 2016

Rani Gadis Pelajar SMU

TOMAT BASAH - Toni adalah pria awal 30-an berpenghidupan lumayan dgn pekerjaan sebagai seorang pialang di suatu perusahaan sekuritas sedang. Tidak ada yang aneh dgn kehidupannya. Semua berjalan lancar. Bila ada tekanan-tekanan dlm pekerjaan bahkan membuatnya merasa bergairah untuk menjalaninya. Ini hidup katanya dlm hati. Kehidupan seks-nya juga demikian, hampir tidak ada masalah. Ia bisa mendapatkan apabila ia mau, tentunya dgn proses yang wajar, sebab Toni sangat menghindari ‘sex shopping’ atas alasan-alasan tertentu. “Biar cinta berjalan semestinya, ” yakinnya.

bandar togel online terbaik dan terpercaya

Sore itu market mendekati closing hours. Ia menjauhi mejanya, berjalan sebentar meregangkan otot. Hari ini ia sangat puas. Pasar sangat bersahabat dgnnya. Sejumlah keuntungan berhasil dibuatnya dlm one day trade. Sebagian masuk ke dlm rekening pribadinya. “Aku memang patut mendapatkan, ” pikirnya, tidak ada yang merugikan atau dirugikan, kepuasan seperti ini selalu membuatnya terangsang secara seksual.

Dipandangnya sekitarnya. Ada beberapa wanita rekan kerja yang masih berkutat. Ia segera memalingkan wajahnya. Perlu beberapa tahapan untuk mengajak salah seorang dari mereka ke tempat tidur, dan itu menyita waktu dan emosinya. Lebih baik aku pulang batinnya. Ada sesuatu yang mengingatkan untuk menunda jam kepulangannya, ia tidak mempedulikan.

Dikemudikan mobilnya keluar dari basement perlahan-lahan. Beberapa anak pelajar SMU tampak bergerombol di halte dekat gedung kantornya. “Ahh..” kernyitnya. Ia terjebak di kemacetan rutin sore hari. Dirinya sdh mengingatkan supaya menunda. “Instingku semakin bagus saja, ” senyumnya kecut. Dilihatnya ke luar jendela mobil. Antrean mobil sepanjang kira-kira 200-an mobil tidak bergerak sama sekali. Dilihatnya ke belakang dgn putus asa. Keadaan di belakang sama buruknya dgn pemandangan di depannya.

Toni menarik nafas dalam-dalam. Digerakkan cermin di atas ke wajahnya. “Tenang Ton, ini bukan alasan yang bagus untuk merusak 1 hari tenangmu, ” katanya sambil membenarkan letak rambutnya. Tiba-tiba seseorang berseragam LLAJR mengetuk kaca mobilnya. Dgn segan ditekannya switch jendelanya. Petugas itu memberitahu kalau terjadi kecelakaan beruntun di depan dan mungkin lalu lintas baru dapat lancar paling cepat 30 menit.

Dihempaskan tubuhnya ke kursi mobil. “Bagus!” ia menutup wajahnya. Itulah alasan yang paling tepat untuk merusak moodnya. Dibukanya TV mobil. Dipilihnya satu film porno kesayangannya di remote. Ditatapnya adegan-adegan itu dgn hambar. “Huh! Di tengah kemacetan nonton film porno malah menambah masalah, ” sungutnya sambil mematikan. Toni menyerah. Dimatikan mesin mobil sembari menatap ke arah kiri.

Tampak di luar gadis-gadis berseragam SMU masih bergerombol menunggu bis kota. Beberapa di antaranya duduk di trotoar. Diperhatikannya satu persatu. “Dasar gadis remaja, mereka tidak mempedulikan cara duduknya, ” katanya dlm hati. Tiba-tiba darahnya berdesir. Tungkai-tungkai indah itu milik gadis yang sangat muda. Diperhatikannya lagi lebih seksama. Ada yang bertumpu dgn tangannya di belakang sesampai dadanya membusung ke depan. Wajahnya begitu bersih dan muda. Rambutnya sebahu dgn leher yang jenjang. Toni mulai termakan fantasinya sendiri. Ia memang tidak pernah bercinta dgn gadis belia. Itukah yang dimaukannya saat ini? “Tidak, ” sahutnya sendiri, “Itu terlalu gila. ” sambil menatap ke depan ia tak dapat menahan diri untuk melihat kembali ke arah kirinya. Diperhatikan dgn seksama lekukan pantat yang padat itu dgn lutut indah dan kulit yang bersih. Segala gerakan gadis itu ditangkap matanya dan dialirkan ke otaknya dlm format gerakan erotis.

Tiba-tiba salah seorang dari mereka tersingkap roknya. Toni bersorak dlm hati. Diperhatikannya dgn seksama paha bagian dlmnya.. begitu kencang, dan perlahan ia mulai ereksi. Kaca film mobilnya membuatnya sangat aman dlm bereksplorasi. Ia mulai menurunkan reitsleting celananya. Dibelainya lembut batang kejantanannya tanpa melepaskan pandangan dari gadis itu. Jantungnya berdetak kencang. Imajinasinya meluapkan perasaan baru yang sangat dahsyat, bercinta dgn belia. Butir keringat mengalir ke lehernya. Ditariknya beberapa lembar tissue apabila ia orgasme nanti.

Tiba-tiba para gadis itu berdiri dan berjalan menjauhi halte sebab beberapa orang berkulit gelap berbadan besar memasuki halte itu. Toni meraung keras sekali. “Arrgh!” Ditatapnya para lelaki itu. Mereka menyerupai segerombolan kera besar daripada manusia. Dilemparnya box tissue ke belakang. Ia percaya bahwa saat itu kecepatan batang kejantanannya menyusut lebih cepat dari cahaya. Dgn mengumpat ia merapatkan reitsleting celananya kembali. Langit semakin gelap. Rupanya awan berkumpul membentuk sebuah awan gelap besar. Kilat dan guntur bersahutan, diakhiri oleh curahan air yang berirama semakin cepat dan lebat.

Di dlm mobil Toni tampak melambai-lambaikan tissue putih di atas kepalanya, tanda menyerah kepada nasib buruknya. Para gerombolan kera itu bergerak melewati depan mobilnya menyeberang ke seberang jalan. Salah seorang dari mereka memukul kap mobilnya. Toni membalas dgn mengacungkan jari tengahnya. Ia merasa aman. Toh mereka takkan melihatnya.

Dinyalakannya mesin mobilnya sebab kaca mulai mengembun. Dinyalakan stereo mobilnya sambil memandang ke kiri. Toni hampir memekik girang. Salah seorang dari gadis SMU itu ada di sana dlm keadaan basah kuyup. Toni memutar kepalanya untuk mencari yang lain. Ah, tampaknya ia sendirian, sesal Toni. Tapi tunggu.. dlm keadaan basah semua lekuk tubuh gadis itu menjadi tercetak jelas. Rambutnya yang basah, pakaian putihnya melilit erat tubuhnya yang sintal, payudaranya menggelembung indah dgn pantat yang bundar, Toni kembali ereksi. Bibirnya bergetar menahan nafsu birahinya yang melintas menabraknya berulang-ulang. Matanya terasa panas. Dibukanya pintu mobilnya setelah itu ia berlari mendekati gadis itu.

Sengaja ia berdiri di belakangnya supaya leluasa menatap tubuh gadis itu. Betapa belianya gadis ini, tubuh yang belum pernah tersentuh oleh lelaki. Payudaranya sangat penuh menyesaki branya sekitar 34. Pinggul yang ramping dgn pantat bundar yang berisi ditopang oleh lutut dan tungkai yang indah dan bersih. Gadis itu memutar tubuhnya dan berhadapan dgnnya yang sedang menjadi Juri festival foto bugil. Toni tergagap dan secara refleks menyapanya. Gadis itu tersenyum sambil memeluk tasnya menutupi seragamnya yang transparan.

Dgn berdalih bosan di mobilnya, Toni mendapatkan banyak alasan dan obrolan ringan di halte itu. Gadis itu bernama Rani, kelas satu SMU swasta berumur 16 tahun. Toni tak menghiraukan secara detail percakapannya sebab suara Rani terdengar sangat merangsangnya.

“Kita ngobrol di mobil yuk, capek berdiri nih, ” kata Toni.

Rani menatap ragu. Toni menangkap maksud pandangan itu.

“Ok, begini.. Kamu nggak perlu takut. Ini dompet saya. Ini kunci mobil. Di dlmnya ada semua kartu identitas saya. Kalo saya berniat jahat dgn kamu, kamu boleh buang kunci ini dan bawa dompet saya ke polisi, ok?” Rani tersenyum riang menerima dompet itu, lalu mereka bersama-sama memasuki mobil.

Di dlm mobil Rani merasa gugup. Baru kali ini ia manuruti orang asing, laki-laki lagi. Sekilas teringat pesan ibunya untuk menjaga diri, dan bayangan pacarnya yang tidak menjemputnya. Rani menjadi kesal. Rani membuka dompet itu, terdapat beberapa credit card dan kartu identitas. Diambilnya KTP lalu diselipkan di saku bajunya.

“Ini cukup, ” ujarnya.

Dgn tersenyum acuh Toni menerima dompetnya kembali sambil menyalakan stereo setnya.

“Kamu kedinginan? saya punya kemeja bersih. Kamu bisa ganti baju di belakang. Saya janji tidak akan menengok ke belakang, ” tanya Toni penuh harap.

Rani menggelengkan kepalanya. Obrolan sore itu menjadi lancar didukung suasana gelap mendung dan derasnya hujan. Bahkan Rani pun mulai berani menceritakan dirinya. Mata Toni mencuri pandang untuk menatap paha Rani yang tersingkap. Toni menceritakan dirinya, pacarnya dan secara halus iapun menceritakan pengalaman seksualnya, bagaimana ia melakukan foreplay. Ia ceritakan dgn lancar dan halus sampai Rani tidak tersinggung. Toni menangkap beberapa kali Rani menarik nafas panjang, sepertinya Rani terangsang mendengar cerita Toni. Wajahnya mulai memerah, jemarinya memilin ujung tali tasnya.

“Tampaknya ini tak cukup, ” kata Toni.

Lalu ia menawarkan Rani untuk menonton VCD kartun kesayangannya. Rani berseru gembira. Lalu Toni membuka TVcar-nya dan berkata,

“Kamu tunggu di sini. Kunci pintunya. Saya mau keluar beli permen di sebelah halte itu. ” Rani mengangguk pelan dan matanya menatap layar TV kecil penuh harap.

Toni keluar mobil sambil membawa remote lalu menyalakan VCD changer dari luar mobil dgn film yang sama ia tonton sebelum hujan tadi. Ia berlari ke pedagang asongan pinggir jalan dan melirik jamnya.. 5 menit dari sekarang! sambil membicarakan cuaca ke pedagang asongan itu. Rani menatap adegan di mini TV itu. Lelaki sedang menjilati seluruh tubuh wanita pasangannya. Jantungnya berdegub. Ia memejamkan mata, tetapi suara lenguhan dan desisan membuatnya kembali ke layar. Dilihatnya keluar. Ia tak bisa menemukan Toni dari dlm mobil itu. Kembali ke layar, tertegun ia melihat lelaki itu menjilati puting susu. Tangannya menjadi dmau. Lelaki itu sekarang menjilati paha. Rani menyilangkan kaki kirinya di atas kaki kanannya. Lalu lelaki dlm film itu mulai menjilati liang kewanitaan wanita itu. Rani merasa seluruh tubuhnya gemetar, nafasnya terengah-engah. Iapun heran mengapa nafasnya begitu.

“Sorry rada lama, nggak ada kembalian. Terpaksa saya nunggu pedagangnya tukar uang, ” sembur Toni.

Rani tersentak dan memalingkan wajahnya. Toni pura-pura terkejut sambil cepat-cepat mematikan stereonya dan menutup layarnya.

“Aduh, maaf.. kenapa bisa ini.. maaf Ran, ” kata Toni tergagap.

Lalu ia membuka CD changer dan mengambil piringan porno itu lalu mematahkan menjadi dua dan membuangnya ke luar mobil. Rani sangat terkejut melihat itu lalu berkata,

“Udah deh Ton nggak pa-pa.. sorry juga aku nggak bisa matiinnya, ” katanya sambil memegang lengan Toni.

Toni menoleh pelan sambil menatap mata Rani.

“Sorry?” Rani menyahut pelan.
“Nggak pa-pa, ” nafasnya masih terengah-engah. Inilah saatnya, batin Toni. Now or never.

Dipegangnya lengan Rani. Ditariknya mendekat, disingkirkan tas di hadapannya. Melihat seragam putih yang masih basah dgn bra membayang itu Toni kehilangan kontrol. Bibirnya langsung mengecup bibir Rani. Rani tersentak ke belakang kaget. Toni memburunya. Dikulumnya bibir bawah Rani yang masih terengah-engah itu, sambil menurunkan posisi kursi mobilnya sesampai Rani tampak seperti berbaring. Dilepasnya bibir, dilanjutkan ke telinga. Lidahnya menggelitik belakang telinga Rani sambil sesekali menyeruak masuk ke lubang telinganya. Bau harum rambut Rani memancarkan bau alami gadis belia tanpa parfum, mengundang Toni untuk berbuat lebih jauh.

Dibukanya kancing seragam sekolah Rani sambil mengulum mulut Rani. Rani menggelengkan kepalanya perlahan. Toni mengangkat kepala sejenak melihat gundukan daging padat dan kenyal terbungkus bra berkain lembut. Betapa muda dan tak berdosanya. Biarkan aku menikmati tubuh beliamu, merasakan dgn seluruh indraku untuk membuatmu menjadi ternoda. Aku mau menyetubuhimu, menghinakan tubuh sucimu, sebab aku pantas mendapatkan tubuhmu, hati Toni berteriak. Dibukanya bra itu lalu dgn rakus dijilat puting kiri Rani sambil meremas payudara kanannya. Dikulumnya semua daging payudaranya, seakan hendak ditelannya. Rani mengerang. Kakinya menjejak-jejak lantai mobil. Lalu Toni memindahkan tubuhnya ke atas Rani. Dgn kasar dipegangnya celana dlm Rani. Rani tak sanggup berkata dan bergerak, semuanya begitu ketakutan.

Kemautahuan dan kenikmatan berbaur, muncul silih berganti menggempur hati, otak dan nalurinya. Saat ia merasa takut dgn perbuatan Toni, sedetik setelah itu ia merasa jiwanya melayang, sedetik setelah itu otaknya memerintahkan tubuhnya supaya bersiap menunggu kejutan berikutnya begitu berulang-ulang. Rani meneriakkan kata jangan sewaktu Toni dgn kasar melepas celana dlmnya, lalu ia didudukkan di atas kursi mobil bagian atas. Toni berpindah tempat dgn cepat ke bawah tubuhnya dan mulut Toni mulai menjilati liang kewanitaannya seperti hewan yang kehausan. Dicengkeramnya pegangan pintu, kakinya diangkat oleh Toni ke atas.

Rani tak tahu apa yang dilakukan Toni, tapi ia merasa ada sesuatu di dlm dirinya. Perasaan yang aneh, dimulai dari jantungnya yang berdetak lebih keras lebih cepat menjalar ke pinggulnya, sementara denyutan liang kewanitaannya membentuk impuls yang semakin kuat, semakin cepat, kakinya mengejang, pandangannya mengabur, jiwanya serasa terhempas keatas-bawah. Namun tiba-tiba semua itu berkurang. Dibukanya matanya. Tampak Toni sedang mengamatinya dgn matanya yang menyala oleh birahi. Toni mengambil nafas sejenak. Ditatapnya liang kewanitaan Rani dgn rambut kemaluan yang tumbuh tak beraturan. Setelah itu dilanjutkannya lagi jilatan sekitar klitoris Rani. Begitu muda, ditatapnya sebentar, liang kewanitaan belia sekarang milikku. Aku menjilatinya, aku menghisapnya.

Sekarang aku bahkan menggigitnya. Liang kewanitaan ini milikku, akan kunodai sesukaku, dgn caraku, dgn nafsuku. Akan kubuat tubuh suci ini ternoda oleh tubuhku, oleh nafsuku. Akan kutaburi tubuhnya dgn spermaku. Akan kuberi cairanku yang akan menyatu dgn dirinya sesampai ia akan selalu terkotori oleh nodaku. Toni semakin liar dan segera menghentikan tindakannya saat Rani mulai mengejang. Dibukanya cepat celananya, digosokkan batang kejantanannya ke permukaan liang kewanitaan Rani. Dgn mudah dimasukkannya batang kejantanannya perlahan-lahan senti demi senti, sambil mengulum dan meremas payudara kenyal Rani. Lalu dibenamkan semua batang kejantanannya. Betapa hangat, betapa nikmat. Lalu mulai digerakkan maju-mundur, semakin lama semakin cepat. Toni mendengar suara Rani hanya,

“Ssh.. sh..” terputus-putus. Lalu diangkatnya pinggul Rani. Dipercepat gerakan pinggulnya sendiri sampai tubuh Rani melengkung kaku. Kini saatnya.. Toni mengeluarkan spermanya sambil menekan dlm-dlm.

15 menit sesdh itu.. Rani menggigit ujung seragamnya yang lusuh, sementara Toni merapikan rambutnya. Oh puas, dan aku sekarang benci sekali dgn gadis ini, gadis belia yang ternoda. Diambil KTP dari saku Rani lalu sambil diselipkan ke dompet ia mengeluarkan 3 lembar seratus ribu rupiah sambil mencium pipi Rani. “Ini buat kamu. ” Rani menolak sambil terkaget- kaget.

“Aku bukan gadis bayaran Ton..” katanya sambil mulai menangis.
“Aku sayang kamu Tonii..” sambil terisak-isak.
“Tapi aku tidak sayang kamu, ” kata Toni sambil meletakkan uang itu di dlm tas Rani, lalu Toni keluar.

Dlm guyuran hujan ia membuka pintu mobil, lalu menarik Rani keluar.

“Lalu lintas akan lancar. Aku harus pulang, kamu juga. Kita pisah di sini. Eh Ran.. thanks ya?!” Rani berteriak histeris sambil lari keluar.

Toni kembali ke mobilnya mengunci pintu dan tersenyum melihat mobil di depannya bergerak ke depan.


Oral Sex Adik Kelas ku

Teng… Teng… Teng… Teng…

bandar togel online terbaik dan terpercaya

TOMAT BASAH - Tumben banget bel pulang sekolah bunyi gak ngaret kayak biasanya. Suasana pulang yang ricuh tiba-tiba menghening. Ternyata ada si Lusi, anak kelas 1 yang tersohor dengan muka yang cakep banget di tambah body sexy yang terbalut seragam super minim itu sedang lewat. Namun suasana bisu itu tiba-tiba memecah lamunku karena langkah sexy si primadona berparkir di depan tongkrongku yang sedang BT hari itu. Saat itu angin kencang sedang hilir mudik dan tanpa sengaja menyibak rok Lusi, sepintas warna pink dalam rok Lusi terlihat oleh ku yang memang sedang nongkrong di depan Lusi.

“Woi sadar donk!” teriak kecil Lusi yang membuyarkan tanyaku tentang warna pink tersebut.
“CD aku tadi keliatan ya?” ceplos Lusi yang membuat muka ku memerah.

Tanpa sempat memberiku kesempatan berkomentar, Lusi menarik lenganku menuju tempat parkiran. Lusi adalah junior ku di seni, dan hubungan kita memang sangat lengket, namun Lusi menganggapku hanya sebagai kakak saja.

“Kak, anterin aku pulang donk?” pinta Lusi
“Lho, emang supir kamu mana?” tanyaku kepada gadis kaya yang pulang pergi di anterin supirnya ini.
“Supirku lagi nyupirin bonyok, dan di rumah nggak ada orang karena lagi beresin perabotan di rumah baruku.”

Tanpa banyak tanya lagi, dengan ramah aku memberikan tumpangan. Namun sekarang aku agak horny, karena saat di boncengi Lusi menempelkan badannya ke punggungku dan tangannya memelukku dengan erat. Tidak seperti biasanya jalan Khairil Anwar agak lenggang dan membuat motorku dapat melaju kencang dan sampai dengan cepat di istana Lusi.

“Kak, jangan pulang dulu yach. Temenin aku dulu dong sebentar, iseng nich sendirian di rumah.” Tawar tuan rumah.

Setelah berganti baju, Lusi langsung menyodoriku minuman kaleng dan beberapa film American Pie yang sudah di putari di kamarnya. Kamar Lusi begitu luas dan cantik dengan berbagai ornamen pink dan putih khas perempuan. Setanpa dugaanku, Lusi mengganti pakaiannya dengan tanktop putih transparan yang menempel erat ditubuhnya sehingga membuat lekuk tubuhnya terlihat jelas. Tanktop mini itu di padukan dengan rok mini putih yang serasi dengan tanktopnya.

Lusi dan aku duduk berdampingan di kasurnya yang mengarah ke TV. Lusi duduk dengan memeluk erat tangan ku dan menyenderkan kepalanya ke pundakku. Posisi duduk kami benar-benar membuatku horny, apalagi aku merasakan sebuah tonjolan kecil yang menempel di lenganku dalam pelukan Lusi. Dan aku sangat menikmati keempukan dada Lusi yang menghimpit lenganku. Entah sengaja atau tidak, selain Lusi memeluk lenganku, Lusi juga menempatkan telapak tangan ku pada roknya tepat di atas vaginanya.

Pada saat pemain film American Pie meragakan hubungan sex, nafas Lusi menjadi terengah-terengah dan seperti memburu sesuatu. Tak lama berselang aku merasakan suatu getaran dari penisku dan terasa penisku sedang ereksi. Ternyata pada saat itu Lusi sedang meremas-remas penisku dari luar. Aku terus mendesah tanpa berusaha menepikan tangan mungil Lusi dari penisku. Dan aku semakin mendesah dan menggeliat tatkala Lusi memasukkan tangannya ke celanaku dah terus meremas penisku.

Di tengah nikmatku, tangan Lusi yang satunya lagi membimbing tanganku untuk masuk ke roknya dan menempatkannya tepat di vaginanya. Dengan tidak mau kalah, aku meremas-remas vaginanya juga. Dan betapa menggelinjangnya Lusi saat jariku kumasukkan ke lubang vaginanya yang membuat vaginanya membasah.

Kegiatan saling meremas ini berlangsung selama 10 menit sampai akhirnya Lusi melepaskan genggamannya dari penisku dan mengeluarkan tanganku dari roknya. Aku sangat menikmati 10 menit indah itu, dan ingin rasanya mengulanginya lagi.

“Kak Lusi haus nich, boleh pinjam sedotannya gak?” lirih Lusi memecah lamunku.
“He…eh…” sahutku yang masih bingung

Aku bingung karena Lusi tidak menyertakan sedotan di minumanku, tapi kenapa ia justru meminjam sedotan dariku. Yang lebih membuatku bingung, setelah aku iyakan, wajah Lusi berubah menunjukan senyum yang penuh arti.

Tanpa ada ucapan lagi, tiba-tiba Lusi bangkit dari duduknya dan langsung jongkok di depanku

“Heh kamu mau ngapain?” sahutku masih dalam bingung.
“Udah deh, pokoknya kakak bakal keenakan dech…” sahutnya dengan ceplos

Tanpa menunggu komentar dariku lagi, Lusi dengan sigap langsung membuka sabuk dan seletingku dan menarik celanaku dengan cepat. Karena kebiasaan ku yang tidak pernah memakai CD dari kecil, penisku langsung menyumbul keluar saat celanaku di peloroti.

Tidak sampai menunggu lama. Tangan Lusi langsung meregangkan pahaku, yang membuat selangkanganku terbuka lebar.

Dengan nafas yang terengah-engah dan nafsu yang membara, tangan Lusi langsung meraih penisku. Penisku semakin mengeras seirama dengan pijatan dan tarikan yang semakin keras dan cepat yang dilakukan Lusi. Tidak hanya saja di pijat, tangan Lusi dengan terampil mengocok penisku. Penisku di kocok dengan sangat cepat sampai aku merasa mengejang dan terengah-engah. Sebelum mani ku menyemprot keluar, aku menghentikan gerakan lincah tangan Lusi. Lusi pun langsung menghentikan tangannya, karena ia tahu kalau mani sudah keluar maka penis akan menyusut dan ia tidak bisa meneruskan permainannya.

Setelah selang 1 menit, Lusi kembali mengawali permainannya lagi. Kali ini ia mengulum penisku. Ia kocok penisku dengan mulutnya. Bahkan biji penisku pun ia lahap habis.

Karena sedotannya yang kencang di tambah mulutnya yang terus maju mundur, membuat pertahananku goyah. Karena sudah tidak kuat lagi menahan mani yang ingin mendesak keluar dari penisku, maka aku langsung mengeluarkannya. Aku tidak sadar bahwa saat aku menyemprotkan mani, penisku masih di dalam mulut Lusi. Al hasil, kini mulut mungil Lusi penuh dengan maniku yang sekarang mengalir deras keluar dari mulutnya.

“Lusi maaf ya, saya ngeluarinnya gak bilang-bilang.”
“Iya nih kak. Lain kali kalo mau ngeluarin maninya, bilang dulu yah. Asin tau mani nya kakak.” Keluh Lusi yang keasinan karena tanpa sengaja menelan maniku.
“Iya deh…., Lusi kakak haus nih.” Ucap ku kehausan karena kewalahan oleh permainan Lusi.

Ada saja ulah nya Lusi. Melihat ku kehausan, ia bukannya mengambilkan minuman, malah menyuruhku menghisap putingnya.

Tindakan kami hanya segitu saja. Karena ternyata Lusi masih perawan dan baru melakukannya dengan saya. Namun setiap salah satu rumah kami kosong, kami melakukan oral sex tersebut lagi. Bahkan, apabila setiap habis latihan seni. Kami melakukannya di kelas yang kosong, atau di kamar mandi sekolah.


Tuesday, October 25, 2016

Sahabat ku Teman Tidur ku

TOMAT BASAH - Nama saya Kartika, usia 25 tahun dengan tinggi 168 cm, berat 53 kg, asli orang Bandung, kulit putih bersih. Ukuran payudara saya yg 34C termasuk lumayan besar untuk gadis seusia saya. Pekerjaan saya adalah sebagai manager operasional di sebuah perusahaan terkenal di daerah saya. Saya ingin mengeluarkan gelisah hati yg saya pendam selama ini, mudah-mudahan saya bisa berbagi dengan pembaca sekalian.

bandar togel online terbaik dan terpercaya

Saya di kantor mempunyai sahabat yg namanya Levana, sering saya panggil Ana. Orangya supel, dan mudah bergaul, tingginya 172 cm/53 kg, dengan kulit putih mulus, maklum orang Menado asli, 34B ukuran payudaranya. Saya mempunyai kelainan ini sejak masih gadis pada saat tinggal bersama kakak saya, Mbak Erni namanya.

Kapan-kapan saya ceritakan sejarah lesbian saya, tapi saya juga suka cowok lho sama seperti gadis-gadis lain. Hanya saja hampir tujuh puluh persen saya menyenangi cewek, saya tdk mengerti mengapa saya begini, mungkin suatu saat saya bisa sembuh total ya?! Saya sering jalan bersama Ana kalau ada undangan karena saya belum ada pasangan, banyak sih cowok yg naksir, cuma saya masih enggan saja untuk berpacaran. Saya ingat betul awalnya yaitu pada saat bulan Agustus 2004, sehabis pulang kantor.

“Ka, sini sebentar” panggil Ana pada saya sambil mendekatkan Mercynya.
“Ada apa Na?” tanya saya heran pada Ana.
“Boleh nggak minta tolong?”
“Tolong apa?”
“Itu lho, rumah saya khan sedang direnovasi..”
“Terus?”

“Mmh, boleh numpang nginep nggak di rumahmu?” tanya Ana ragu-ragu.
“Alaa, gitu saja nanya, boleh dong, sekarang?”
“Iya, boleh khan?” tanya Ana sekali lagi meyakinkan dirinya sendiri.
“Udah, nggak usah banyak omong, ayo jalan” perintah saya sambil tersenyum.
“Okey, trim’s ya”

Maka setelah Ana mengambil baju sekedarnya, kami berdua meluncur ke rumah saya yg memang agak jauh dari kantor. Rumah saya mempunyai empat kamar, satu kamar untuk tamu dan kamar saya di tengah, saya tinggal sendiri karena orang tua saya tinggal di Surabaya.

“Na, ini kamarmu ya” kata saya sambil menunjukkan sebuah kamar padanya di ujung depan.
“Trim’s ya” jawabnya sambil masuk melihat-lihat kamar.
“Kutinggal dulu”
“Ya..” jawabnya sambil lalu.

Saya kemudian menuju kamar untuk mandi dan berganti baju, soalnya gerah sejak tadi. Sedang asyik-asyiknya saya memilih BH, tiba-tiba Ana masuk ke kamar.

“Eh.. Maaf ka, lagi pake baju ya?” katanya kaget melihatku masih memakai celana dalam berwarna merah dan belum mengenakan BH sama sekali.
“Oh Ana, masuk Na, nggak apa-apa kok” jawab saya sambil tersenyum melihatnya yg masih memandangi payudara saya yg termasuk besar dan montok.
“Wah, badanmu seksi juga ya?” ujarnya.

“Tentu saja, habis saya rajin senam sich”
“Oh ya, ada film bagus nich, nonton yuk” ajak Ana sambil menggandeng saya untuk menonton TV di ruang tengah.
“Bentar Na, kuganti baju dulu ya” jawabku sambil memakai BH dan kaos longgar serta celana pendek.
“Kutunggu ya..”
“Ya”. Kemudian Levana sudah duduk di depan TV sambil makan camilan, sedang saya masih sibuk membereskan baju yg berserakan.

Malam itu Ana mengenakan daster kuning hingga kelihatan kulit lengannya yg putih mulus, kadang-kadang karena duduk kami yg mepet, Ana dengan tak sengaja menyenggol payudara saya hingga perasaan saya jadi bertambah aneh. Mungkin karena acara TV yg membosankan, saya jadi tak tertarik lagi, saya lebih tertarik memperhatikan Ana saja.

Ternyata Ana yg memakai daster itu, sudah tdk memakai BH lagi hingga tonjolan payudaranya kelihatan mencuat ke atas, mungkin karena kami sama-sama perempuan, jadi Ana tdk malu-malu lagi, bahkan kadang-kadang kakinya dinaikkan ke meja hingga bawahan dasternya jadi tersingkap dan memperlihatkan celana dalamnya yg berwarna putih.

Perasaan saya jadi lain hingga saya memutuskan untuk ke kamar dan berganti baju dengan daster tanpa memakai BH dan celana dalam juga, supaya bertambah nyaman kalau berdekatan dengan Levana. Sungguh Levana itu gadis yg cantik seperti artis mandarin. Saya kembali ke ruang tamu dan membawa kaset DVD untuk saya tonton bersama Ana, siapa tahu saja Levana tertarik dengan filmnya dan ingin mmh..

“Na, ganti ama DVD ya?”
“Film apaan tuch?”
“Ini, film romantis dari Jepang, pengin liat nggak?”
“Ya, bolehlah, abis acaranya nggak ada yg menarik sich”
“Okey, duduk dekat sini” pinta saya pada Ana untuk duduk di sofa agar nyaman menonton film itu.

Sebetulnya sich, itu film triple X dari jepang mengenai seorang gadis yg mencintai guru wanitanya lalu mereka bersetubuh dan bercinta dengan gaya yg romantis dengan berbagai macam gaya. Volume TV dan AC saya perbesar hingga Ana mendekat dan mepet dengan saya. Untung rumah sudah sepi karena pembantu sudah pulang semua dan lagi rumah saya besar, jadi volume suara TV yg besar itu tdk kedengaran lagi dari luar.

“Film BF ya?” tanya Ana tanpa menoleh pada saya.
“Tapi bagus lho, untuk pelajaran sex”
“Bagus, sich bagus, tapi saya jadi pengin nich” gumam Ana tak jelas karena napasnya yg makin berat dan diselingi suara orang bercinta dari TV yg makin kencang.
“Gimana kalau kupegang payudaramu” usulku.
“Hush, ngaco kamu Tika, kita ini sama-sama cewek tau” jawabnya sambil monyong, namun itu justru menambah gairah saya semakin tinggi.
“Daripada kamu megang sendiri, hayoo” jawab saya tak mau kalah sambil meraba payudaranya.
“Jangan, Tika.. Jangan..” teriaknya keras karena kaget payudaranya saya pegang.

Namun teriakannya tak membuat saya jera, bahkan telinganya yg sensitif saya cium dengan lembut.

“Kurang ajar kamu, sst..” tolaknya lemah dengan mendesis.
“Mmh..”

Pergumulan saya dengan Ana berlangsung seru, hingga beberapa menit Levana masih memberontak, tetapi karena gairahnya sudah naik dan ditambah lagi dengan ciuman dan remasan saya pada daerah sensitifnya, akhirnya Ana menyerah juga. Bahkan dengan sigap membalas mencium bibir saya dengan ganas sambil meraba memek saya yg sudah mulai basah sejak tadi.

Pergumulan saya dengan Ana berlangsung seru, hingga beberapa menit Levana masih memberontak, tetapi karena gairahnya sudah naik dan ditambah lagi dengan ciuman dan remasan saya pada daerah sensitifnya, akhirnya Ana menyerah juga. Bahkan dengan sigap membalas mencium bibir saya dengan ganas sambil meraba memek saya yg sudah mulai basah sejak tadi.

“Sst.. Mmh.. Tunggu..” potong saya menghentikan ciuman dan serangannya Ana.
“Hahh, ada apa Ka?”
“Buka dastermu..” pinta saya untuknya agar membuka daster, sementara saya juga telah membuka dasterku sendiri hingga bugil.
“Wah, susumu besar juga ya?” kata Levana kagum melihat payudara saya yg sudah tegak, sambil juga melepaskan dasternya, bahkan celana dalamnya pun ikut dilepaskan juga hingga kami menjadi sama-sama bugil.

Dan kami pun kembali saling berciuman di sofa tanpa mempedulikan film jepang itu. Saya mengambil inisiatif untuk memulai mencium payudaranya.

“Sst.. Sst..”
“Mmh.. gantian..” rintih Ana karena tdk dapat menahan ciuman dan jilatan lidah saya pada payudaranya.

Maka saya pun berganti posisi dengan Ana yg menjilat payudara saya dengan semangat hingga memek saya juga ikut dibelai, bahkan jari-jarinya yg lentik keluar masuk ke dalam lubang memek saya dengan cepat hingga saya mengalami orgasme yg pertama.

“Mmh.. Enak.. Na, cepetan.. Sst..” rintih saya karena tak tahan lagi dengan permainan Ana yg begitu hebat, bahkan Ana sekarang menjilat memek saya dengan liar hingga beberapa menit, saya semakin mendorong memek saya ke arah mulutnya yg sedang menghisap bagian dalam.

“Sstss.. pinggirnya.. ssts.. Ya.. yg i.. tu..” rintih saya terpatah-patah.

Tiba-tiba Levana menghentikan permainannya..

“Ada apa Na?”
“Kita coba yg seperti di film, mau khan?” usulnya.
“Boleh saja..” jawab saya senang karena memang senang dengan gaya enam sembilan.

Gaya enam sembilan itu maksudnya saya yg berada di posisi atas menghadap Levana yg berada di posisi bawah dengan saling menjilat memek masing-masing, bahkan saking enaknya hingga kepala saya terjepit oleh Levana yg rupanya juga telah mengalami orgasme yg pertama. Kami melakukan pergumulan itu di sofa hingga dua jam dan rupanya Levana pun puas atas permainan itu.

“Hahh, lega rasanya..”
“Gimana, enak nggak?”
“Enak juga ya”
“Mau lagi nggak?”
“Mau dong kalau caranya gitu” jawab Ana manja sambil mencium bibir saya gemas.

Malam itu saya dan Levana menghabiskan permainan yg seru itu di kamar, bahkan Ana tak henti-hentinya meremas payudara saya dengan gemas, kadang-kadang saya puaskan Levana dengan alat kelamin pria plastik, tentu saja alatnya yg bisa bergetar hingga itu menambah nikmat percintaan saya dengan Ana. Beberapa ronde kami lalui hingga pagi, juga di kamar mandi.

Keesokannya, seperti biasa saya sudah bersiap ke kantor dengan Levana.

“Ayo Na, udah siap belum?”
“Udah boss, ayo” gandeng Ana mesra sambil mencium bibir saya lembut.
“Hush, nanti dilihat orang lho”

“Iya ya..”
Maka sejak itu, saya dan Levana sering bercinta di rumahnya atau rumah saya, bahkan pernah beberapa kali kami bercinta di dalam mobil. Pada saat hari libur, Levana mengajak saya dan beberapa temannya ikut berdarmawisata ke pulau Bali dan Lombok. Salah satu di antaranya bernama Fifiani yg orang Malang.

“Tika, kamu ikut tour besok nggak?” tanya Levana.
“Tentu dong, yg ke Bali dan Lombok khan?” jawabku.
“Iya dong, eh.. kenalin nich, teman saya” ujar Levana memperkenalkan temannya.
“Fifiani” katanya memperkenalkan diri.
“Kartika Sari” jawab saya sambil menjabat tangannya yg kuning langsat itu.
“Ayo Na, sampai besok ya” jawab Levana menggandeng Fifiani.

Hari yg ditunggu-tunggu akhirnya tiba, saya dengan beberapa teman kantor jadi berwisata ke pulau Bali dan Lombok, juga ada Fifiani dan Levana. Dari obrolan kami, saya ketahui bahwa Fifiani itu umurnya baru 23 tahun, 172 cm/53 cm, dengan payudara 34C, orangnya cukup ramah dan sopan. Levana pernah bercerita pada saya bahwa Fifiani adalah seorang lesbian sejati, sudah pernah beberapa kali pacaran, namun kandas di jalan hingga hatinya hancur lebur.

“Ana, sini bentar Na” panggil saya pada Ana.
“Ada apa Tik”
“Tukeran duduk ya, Fifiani di sini dan tas ini di tempatmu, gimana?” usulku.
“Enak saja, kapan lagi kesempatan gini datang”
“Please dong, khan kamu udah lama kenal ama Fifiani”
“Iya dech, cuman aku boleh liat dong di sebelah..” canda Ana sambil mencolek payudara saya dengan gemas.

Akhirnya dalam bis itu, saya yg mulanya duduk di belakang dengan tas besar entah siapa yg punya, dapat kesempatan duduk dengan Fifiani yg cantik. Levana tak ketinggalan duduk di sebelah dengan tas besar yg sudah saya pindahkan. Fifiani dalam perjalanan itu memakai rok jins hitam dengan kaos merah mudanya, sungguh serasi dengan bentuk tubuhnya yg proporsional.

Rupanya Fifiani atau yg biasa saya panggil dengan Fifi senang curhat dengan saya, bahkan beberapa kali matanya mengarah pada payudara dan bawah rok jins biru saya yg agak naik ke atas, mungkin celana dalam saya yg berwarna putih polos kelihatan, tapi saya cuek saja. Bahkan saya sengaja beberapa kali menyingkap rok saya hingga paha saya yg putih kelihatan dengan jelas hingga Fifi salah tingkah memperhatikan rok saya.

Malam itu kami sudah melewati kota Probolinggo, saya lihat teman-teman sudah pada tidur karena kelelahan, sementara Levana memperhatikan saya sambil mengedipkan matanya beberapa kali. Di bis wisata itu yg duduk di belakang cuma saya, Levana, seorang teman lain dan beberapa barang bawaan yg menumpuk, sementara yg lain duduk di depan, tentu saja ada yg berpasangan.

Sementara itu Fifi rupanya sudah tertidur pulas dengan kepalanya bersandar pada bahu kanan saya hingga perasaan saya jadi tak enak karena napasnya yg harum dan lembut tercium oleh saya, di samping itu posisi duduknya yg sungguh membuat dada saya berdebar-debar karena kakinya menopang pada paha saya. Dengan perlahan saya menyelimutinya hingga kami berdua tertutup oleh selimut hingga cuma tinggal kepala saja yg kelihatan. Tangan kanan Fifi saya pegang dan saya di tempatkan payudara saya. tiba-tiba Fifi membuka matanya dan menatap saya tajam.

“Eh.. Eh.. Fi.. Belum tidur ya?” tanya saya tergagap-gagap karena kaget melihatnya bangun tiba-tiba.
“Iya Mbak, belum ngantuk nich” jawabnya tersenyum ramah dan tdk melepaskan tangannya dari payudara saya, padahal saya sudah horny.
“Jangan panggil Mbak dong, panggil Tika saja ya”
“Iya dech, Tika udah punya pacar belum?” tanyanya.
“Belum, emangnya kenapa?”
“Masak, cewek secantik kamu belum punya pacar!”
“Emang belum, kamu sendiri?”
“Udah pernah sich, cuma sering putus, lebih suka sahabatan ama cewek”
“Oh gitu ya..”

“Ka, boleh nggak Fifi peluk?” pintanya.
“Boleh saja, terserah Fifi dech” gumam saya pelan karena Fifi dengan pelan meremas payudara saya dengan gemas, bahkan sudah masuk dalam BH saya dan meremasnya dengan lembut.
“Sstss.. Fi..” desisku.
“Gimana Ka?” tanya Fifi yg berusaha membuka BH saya.
“Enak Fi.. Sstss.. Saya boleh..” belum sempat Fifi menjawab, tangan saya sudah masuk ke dalam roknya dan membelai memeknya yg masih memakai celana dalam.
“Sst.. Ka.. Ayo dong..” ajak Fifi menuntun tangan saya untuk masuk lebih dalam dan menyentuh memeknya.

Akhirnya saya dan Fifi saling meremas payudara dan menyentuh memek hingga Fifi duluan orgasme karena tak tahan dengan jari-jari saya yg keluar masuk memeknya dengan cepat. Levana yg dari tadi memperhatikan saya, juga ikut-ikutan merogoh payudaranya sendiri. Belum sempat saya orgasme, bis itu sampai Denpasar, dan kami memesan kamar masing-masing untuk esok paginya kami lanjutkan dengan pesiar keliling pulau Bali.

“Gimana nich Fi, saya khan belum..”
“Tenang saja Ka, gimana kalau kita tidur berdua?” jawab Fifi santai karena tahu bahwa saya belum puas.
“Iya dech”
“Saya boleh ikut nggak, boleh ya..” rengek Levana tiba-tiba mendekati kami.
“Boleh saja, gimana Fi, Ana boleh ikut nggak!?” tanya saya pada Fifi.
“Okey, pasti tambah asyik ya” jawabnya sambil mengedipkan mata pada saya.

Jadilah saya memesan kamar bertiga dan setelah kami diberi pengarahan dari pemandu wisata agar bangun jam 08.00, maka saya langsung masuk kamar. Setibanya di kamar dan menaruh tas, saya peluk Fifi dan menghimpitnya ke tembok hingga payudara saya yg montok menempel ketat pada payudaranya.

“Udah nggak sabar nich yee..” goda Ana sambil memeluk saya juga dari belakang dan langsung mencium leher saya dengan ganas.
“Fi.. Kamu..”
“Udah ka, ayo kita terusin yg tadi” jawab Fifi sambil melumat bibir saya dengan ganas.
“Mmh..”

Fifi yg mencium saya dengan ganas itu juga tak kalah gesitnya mencoba kembali membuka BH saya yg akhirnya terlepas juga ke bawah, tangannya dengan terampil kembali meremas-remas payudara saya, di samping itu Ana berusaha melepas rok jins dan celana dalam saya hingga saya yg pertama-tama bugil duluan. Entah siapa yg memulai duluan, tahu-tahu saya sudah berada di tempat tidur dengan payudara saya yg dijilati Fifi dengan lincah, bahkan Ana pun juga sudah bugil dan sekarang sedang menjilati memek saya dengan lahap.

“Sst.. Uuh.. Mmh..” rintih saya keras karena tak tahan diperlakukan oleh dua orang wanita cantik yg menjilati bagian sensitif saya.

Beberapa menit kemudian saya pun tak tahan dan mengalami orgasme yg pertama. Fifi juga minta ganti posisi di bawah untuk kami kerjai yg saya bagi tugas dengan Ana, saya bagian menjilat memeknya dan Ana bagian payudara dan bibirnya. Beberapa menit permainan itu kami lanjutkan dengan cara saling berganti posisi.

“Ka.. Sstss.. Geli.. Ahh.. Ssts”
“Ssts.. Mmh.. Jilat yg itu.. Ya..” rintih Fifi yg sedang berjongkok karena memeknya dijilat oleh Ana.
“Sstss.. Go.. Yg.. Na.. Sstss..” desis saya meminta Ana yg memeknya sedang saya gesek-gesekkan dengan memek saya untuk menggoyang pinggulnya lebih keras.

Permainan demi permainan kami lewati hingga akhirnya saya meminta Fifi memasang k0ntol plastik yg bisa bergetar itu pada memeknya. Bentuknya seperti celana dalam yg di tengahnya ada k0ntol plastik.

“Sstss.. Pelan.. Fi.. Argh..” jerit saya karena Fifi memasukkan k0ntol buatan itu terlalu cepat pada memek saya.
“Mmh.. Gimana Ka, enak..?”
“Ssts.. Ya, ayo..” perintah saya setelah Fifi memasukkan k0ntol plastik itu dan mendorongnya keluar masuk hingga saya merasa nikmat dan menjepit k0ntol plastik itu dengan keras hingga dinding memek saya berdenyut-denyut.
“Sstt.. Ayo.. Fi.. Lebih cepat lagi..” pintaku.
“Sstss.. Mmh.. Sstss.. Argkk..” jerit saya melengking karena cepatnya Fifi memasukkan k0ntol plastik itu hingga saya orgasme berulang-ulang yg ditambah lagi rangsangan pada payudara saya yg dijilat dan dikulum oleh Levana sambil tangannya tak henti-hentinya juga meremas payudara Fifi.

“Lega rasanya, nikmat juga pake k0ntol buatan..”
“Enak nggak rasanya Ka?” tanya Levana pada saya dengan mimik heran.
“Lho, kamu belum pernah toh An?” tanyaku.
“Belum tuch, biasanya sich cuma ama cewek saja”
“Nikmat kok rasanya, saya sering pake kalau lagi nggak ada pasangan” jawab Fifi sambil membersihkan k0ntol plastik itu untuk kami gunakan lagi.
“Gimana An, kamu coba dech, sini biar kucobain buat kamu..” bujukku pada Levana yg kelihatan masih ingin mencoba k0ntol buatan ini selain gaya enam sembilan favorit Levana dan saya.

Malam itu kami bertiga menguras habis energi untuk bercinta hingga ke kamar mandi, bahkan dengan senangnya saya bisa memandikan Fifi yg paling muda di antara kami bertiga.

“Pelan-pelan ya masukinnya” pinta Levana cemas.
“Tenang saja, nggak sakit kok” kata saya meyakinkan Levana yg melihat saya sudah memasang kan celana dalam berk0ntol itu di kemaluan saya.

Permukaan k0ntol plastik itu ada bintik-bintiknya yg tdk beraturan dan saya juga tdk begitu mengerti apa manfaatnya, mungkin saja untuk menambah rasa nikmat jika bersentuhan dengan dinding memek.

“Sst.. Mmh.. Sstss.. Aduh..” jerit Ana pelan karena k0ntol itu terpeleset keluar bibir memeknya.

Akhirnya seluruh k0ntol plastik itu masuk ke dalam memek Ana yg masih sempit itu, mungkin Levana masih perawan karena beberapa saat kemudian sedikit keluar darah. Memang selama saya bersahabat dengan Levana, Ana jarang bergaul dengan teman pria, kebanyakan teman wanita seperti saya dan yg lainnya. Sedangkan Fifi pergaulannya luas termasuk dengan pria hingga memek Fifi sudah agak melebar dibandingkan dengan memek saya dan Levana.

“Na, kamu masih perawan ya?” tanya saya serius pada Levana.
“Eh.. Iya.. Berarti kamu yg pertama melakukannya, Sayang” jawabnya mesra sambil mencium saya dengan lembut.
“Mmh..”

Saya berusaha maju mundur mengikuti aksi seperti yg di film BF, para pria memajumundurkan k0ntolnya ke dalam memek si wanita. Sambil memasukkan k0ntol buatan, saya meremas-remas payudara Ana.

“Sstss.. Ter.. Us.. Sstss..”
“Sst.. Fi.. Ayo..” ajak Ana sambil mengajak Fifi untuk berciuman dengan saya.
“Sstss.. Sstss.. Mmh..”

Sambil berciuman dengan Fifi, saya memasukkan k0ntol plastik itu keluar masuk dengan irama yg teratur hingga pantat Levana bergoyang pelan. Rupanya Ana menikmati permainan k0ntol plastik itu hingga meminta saya agar cepat menaikkan tempo keluar masuknya k0ntol plastik itu dalam memeknya.

“Ayo fi, isap puting saya”
“Iya, Ka..”
“Sstss.. Mmh..” rintih saya agak keras karena Fifi bukan saja mengisap puting saya, bahkan menggigit puting saya dengan gemas hingga saya merasa nikmat dan mendorong k0ntol plastik itu semakin cepat saja.
“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Bagi.. An.. Sstss.. Itu..” desis Ana mengarahkan saya untuk menyodokkan k0ntol itu pada bagian lubang memeknya.

Permainan dengan Ana membutuhkan waktu yg lama karena ia menahan irama birahinya hingga pinggul saya pegal-pegal, kemudian setelah saya lelah, saya menyuruh Fifi untuk ganti menindih Levana dengan k0ntol plastik itu.

“Fi, gantian ya, saya capek nich”
“Ya, ayo sini” jawab Fifi sambil memasang k0ntol itu dan langsung memasukkannya dalam memek Levana dan mereka pun bermain dengan bernafsu hingga Fifi melahap bibir Ana dengan ganas.

Saya pun menyelipkan tangan di antara payudara mereka dan meremas-remasnya supaya Ana cepat orgasme. Dan akhirnya Levana melepaskan ciuman Fifi dan memintanya agar lebih cepat.

“Sstss.. Sstss.. Sstss.. Ayo.. Fi.. Cepetan..”
“Saya.. Sstss.. Mau.. Keluar.. Sstss..” rintih Levana hingga Fifi semakin mendorong dengan cepat k0ntol plastik itu hingga Ana bergerak-gerak liar dan menjepit Fifi dengan kuat.
“Sstss.. Arghh..” jerit Levana melengking karena cairan putihnya akhirnya keluar juga untuk terakhir kalinya.

Pada jam 4 pagi baru kami tidur bersama, tentu saja dengan keadaan bugil dan kepuasan yg tiada tara. Dan kembali tour kami lanjutkan untuk wisata ke pantai Sanur dan pantai Kuta.


Monday, October 24, 2016

Gelora Sex Dibalik Kerudung

TOMAT BASAH - Di kamar kostnya Abi berbaring sambil ngelamun. Diluar gerimis yang turun sejak sore belum juga usai sehingga menambah dinginnya udara malam, dikota yang memang berhawa sejuk. Malam minggu tanpa pacar dan hujan pula membuat Abi suntuk. Dicobanya memejamkan matanya membayangkan sesuatu. Yang muncul adalah seraut wajah cantik berkerudung. Teh Tita, ibu kostnya.

bandar togel online terbaik dan terpercaya

Teh atau Teteh adalah sebutan kakak dalam bahasa Sunda. Dibayangkannya perempuan itu tersenyum manis sambil membuka kerudungnya, mengeraikan rambutnya yang hitam panjang. Membuka satupersatu kancing bajunya. Memperlihatkan kulit putih mulus dan sepasang buah dada montok yang disangga BH merah jambu. Dan buah dada itu semakin menampakkan keindahannya secara utuh ketika penyangganya telah dilepaskan. Sepasang bukit kembar padat berisi dengan puting merah kecoklatan di dua puncaknya menggantung indah.Lalu tangannya membuka kancing celana panjang yang segera meluncur kebawah. Tinggallah secarik celana dalam, yang sewarna BH, membungkus pinggul montok. Bagaikan penari strip-tease, secarik kain kecil itu segera pula ditanggalkan. Menampakkan selangkangannya yang membusung dihiasi bulu jembut menghitam, kontras dengan kulitnya yang putih mulus. Dihadapannya kini berdiri perempuan telanjang dengan keindahan bentuk tubuh yang menaikan nafsu syhawat.

Blarrrr! Suara guntur membuyarkan lamunannya. Abi bangkit berdiri sambil menggaruk batang kontol di selangkangnnya yang mulai tegang dan keluar dari kamarnya menuju dapur untuk membuat teh panas. Setelah membuat teh kemudian keruang duduk untuk nimbrung nonton TV bersama keluarga tempat ia kost. Baru sekitar satu bulan ia kost dirumah keluarga Pak Hamdan setelah dia pindah dari tempat kostnya yang lama. Hamdan telah beristri dengan anak satu berumur tujuh tahun.

Ternyata ruang duduk itu sepi, TV nya juga mati. Mungkin Teh Tita sudah tidur bersama anaknya karena Pak Hamdan sedang ke Bandung menemani ibunya yang akan dioperasi. Akhirnya Abi duduk sendiri dan mulai meghidupkan TV. Ternyata hampir semua saluran TV yang ada gambarnya kurang bagus. Abi mencoba semua saluran dan cuma Indosiar saja yang agak terlihat gambarnya meski agak berbintik. Mungkin antenanya kena angin, pikirnya.Dengan setengah terpaksa dinikmati sinetron yang entah judulnya apa, kerena Abi selama ini tidak pernah tertarik dengan sinetron Indonesia.

Tiba-tiba Abi mendengar pintu kamar dibuka. Dan dari kamar keluarlah perempuan yang biasa dipanggil Teh Tita. Abi kaget melihat kehadiran perempuan itu yang tiba-tiba.
“Eh, Teteh belum tidur? Keberisikan ya?” tanya Abi tergagap
“Ah, tidak apa-apa. Saya belum tidur kok” jawab perempuan itu dengan logat Sunda yang kental.

Yang membuat Abi kaget sebenarnya bukan kedatangan perempuan itu, tapi penampilannya yang luar dari kebiasaanya. Sehari-hari Tita, seperti kebanyakan ibu rumah tangga di kota ini, selalu berkerudung rapat. Sehingga hanya wajahnya saja yang terlihat. Dan itulah yang pada awalnya membuatnya tertarik kost dirumah ini ketika bertamu pertama kali dan bertemu dengan Tita.

Dengan berkerudung justru semakin menonjolkan kecantikan wajah yang dimilikinya. Dengan alismatanya yang tebal terpadu dengan matanya yang bening indah, hidungnya mancung bangir dan bibirnya yang merah merekah. Dengan postur tubuh dibalik bajunya terlihat tinggi serasi.Entah mengapa Abi selalu tertarik dengan perempuan cantik berkerudung. Pikiran nakalnya adalah apa yang ada dibalik baju yang tertutup itu. Dan pada saat itupun pikiran kotornya sempat melintas mencoba membayangkan Tita tanpa busana. Tapi pikiran itu dibuangnya ketika bertemu dengan suaminya yang terlihat berwibawa dan berusia agak lebih tua dari Tita yang masih dibawah tigapuluh tahun. Akhirnya jadilah ia kost di paviliun disamping rumah tersebut dan pikiran kotornya segera dibuang jauh, karena ia segan pada Pak Hamdan. Tapi secara sembunyi ia kadang mencuri pandang memperhatikan kecantikan Tita dibalik kerudungnya dan kadang sambil membayangkan ketelanjangan perempuan itu dibalik bajunya yang tertutup, seperti tadi.

Tapi malam ini Tita berpenampilan lain, tanpa jilbab/kerudung! Rambutnya yang tak pernah terlihat, dibiarkan terurai. Demikian juga dengan bajunya, Tita memakai daster diatas lutut yang sekilas cukup menerawang dan hanya dilapisi oleh kimono panjang yang tidak dikancing. Sehingga dimata Abi, Tita seperti bidadari yang turun dari khayangan. Cantik dan mempesona. Mungkin begitulah pakaiannya kalau tidur.

“Gambar tivinya jelek ya?” tanya Tita mengagetkan Abi.
“Eh, iya. Antenenya kali” jawab Abi sambil menunduk.

Abi semakin berdebar ketika perempuan itu duduk disebelahnya sambil meraih remote control. Tercium bau harum dari tubuhnya membuat hidung Abi kembang kempis. Lutut dan sebagian pahanya yang putih terlihat jelas menyembul dari balik dasternya. Abi menelan ludah.
” Semuanya jelek, ” kata Tita ” Nonton VCD saja ya?”
“Terserah Teteh” kata Abi masih berdebar menghadapi situasi itu.
“Tapi adanya film unyil, nggak apa?” kata Tita sambil tersenyum menggoda.
Abi faham maksud Tita tapi tidak yakin film yang dimaksud adalah film porno.
“Ya terserah Teteh saja” jawab Abi. Tita kemudian bangkit dan menuju kamar anaknya.

Abi semakin berdebar, dirapikan kain sarungnya dan disadari dibalik sarung itu ia cuma pakai celana dalam. Diteguknya air digelas. Agak lama Tita keluar dari kamar dengan membawa kantung plastik hitam.

“Mau nonton yang mana?” tanyanya menyodorkan beberapa keping VCD sambil duduk kembali di samping Abi. Abi menerimanya dan benar dugaannya itu VCD porno.
“Eh, ah yang mana sajalah” kata Abi belum bisa menenangkan diri dan menyerahkan kembali VCD-VCD itu.
“Yang ini saja, ada ceritanya” kata Tita mengambil salah satu dan menuju alat pemutar dekat TV. Abi mencoba menenangkan diri.
“Memang Teteh suka nonton yang beginian ya?” tanya Abi memancing
“Ya kadang-kadang, kalau lagi suntuk” jawab Tita sambil tertawa kecil
“Bapak juga?” tanya Abi lagi

“Ngga lah, marah dia kalau tahu” kata Tita kembali duduk setelah memencet tombol player. Memang selama ini Tita menonton film-film itu secara sembunyi-sembunyi dari suaminya yang keras dalam urusan moral.
“Bapak kan orangnya kolot” lanjut Tita “dalam berhubungan suami-istri juga ngga ada variasinya. Bosen!”

Abi tertegun mendengar pengakuan Tita tentang hal yang sangat rahasia itu. Abi mulai faham rupanya perempuan ini kesepian dan bosan dengan perlakuan suaminya ditempat tidur. Dan mulai bisa menangkap maksud perempuan ini mengajaknya nonton film porno. Dalam hati ia bersorak girang tapi juga takut, berselingkuh dengan istri orang belum pernah dilakukannya.

Film sudah mulai, sepasang perempuan dan lelaki terlihat mengobrol mesra. Tapi Abi tidak terlalu memperhatikan. Matanya justru melirik perempuan disebelahnya. Tita duduk sambil mengangkat satu kakinya keatas kursi dengan tangannya ditumpangkan dilututnya yang terlipat, sehingga pahanya yang mulus makin terbuka lebar. Abi sudah tidak ragu lagi.

“Teteh kesepian ya?” Tanya Abi sambil menatap perempuan itu Tita balik menatap Abi dengan pandangan berbinar dan mengangguk perlahan.
“Kamu mau tolong saya?” tanya Tita sambil memegang tangan Abi.
“Bagaimana dengan Bapak ?” tanya Abi ragu-ragu tapi tahu maksud perempuan ini.
“Jangan sampai Bapak tahu” kata Tita”Itu bisa diatur” lanjut Tita sambil mulai merapatkan tubuhnya.

Abi tak mau lagi berpikir, segera direngkuhnya tubuh perempuan itu. Wajah mereka kini saling berhadapan, terlihat kerinduan dan hasrat yang bergelora dimata Tita. Dan bibirnya yang merah merekah basah mengundang untuk di kecup. Tanpa menunggu lagi bibir Abi segera melumat bibir yang sudah merekah pasrah itu.Abi semakin yakin bahwa perempuan ini haus akan sentuhan lelaki ketika dirasakan ciumannya dibalas dengan penuh nafsu oleh Tita.

Bahkan terkesan perempuan itu lebih berinisiatif dan agresif. Tangan Tita memegang belakang kepala Abi menekannya agar ciuman mereka itu semakin lekat melumat. Abi mengimbangi ciuman itu dengan penuh gairah sambil mencoba merangsang perempuan itu lebih jauh, tangannya mulai merabai tubuh hangat Tita. Dirabanya paha mulus yang sedari tadi menarik perhatiannya, diusapnya perlahan mulai dari lutut yang halus lembut terus keatas menyusup kebalik dasternya.

Tita bergetar ketika jemari Abi menyentuh semakin dekat daerah pangkal pahanya. Tangan Abi memang mulai merambah seputar selangkangan perempuan itu yang masih terbungkus celana dalam. Dengan ujung jarinya diusap-usap selangkangan itu yang makin terbuka karena Tita telah merenggangkan kedua pahanya. Dan rupanya Tita telah semakin larut hasratnya dan ingin merasakan rabaan yang langsung pada selangkangannya. Dengan sigap tanpa malu-malu ditariknya celana dalam itu, dibantu oleh Abi dengan senang hati, sehingga terbuka poloslah lembah yang menyimpan lubang kenikmatan itu.

Segera saja tangan Abi merambahi kembali lembah hangat milik Tita yang telah terbuka itu. Dirasakan bulu-bulu jembut yang lebat dan keriting melingkupi lembah sempit itu. Jemari Abi membelai bulu jembut itu mulai dari bawah pusar terus kebawah.Tita makin mendesah ketika jemari Abi mulai menyentuh bibir memeknya. Itulah sentuhan mesra pertama dari jemari lelaki yang pernah Tita rasakan pada daerah kemaluannya.

Suaminya tidak pernah mau melakukan hal itu. Dalam bercinta suaminya tidak pernah melakukan pemanasan atau rabaan yang cukup untuk merangsangnya. Biasanya hanya mencium dan meraba buah dadanya sekilas dan ketika batang kontolnya sudah tegang langsung dimasukan ke lubang memek Tita. Bahkan ketika lubang memek itu masih kering, sehingga rasa sakitlah yang dirasakan Tita.Selama hampir delapan tahun menikah, Tita belum pernah merasakan nikmatnya bercinta secara sesungguhnya. Semuanya dikendalikan dan diatur oleh suaminya. Berapa hari sekali harus bercinta, cara apa yang dipakai, dan sebagainya. Hamdan suaminya yang berusia hampir empatpuluhlima tahun ternyata lelaki yang ortodok dan tidak pernah memperhatikan keinginan istrinya. Apalagi ia menderita ejakulasi prematur. Sehingga sudah jarang frekuensinya, cepat pula keluarnya.

Soal teknik bercinta, jangan ditanya. Tidak ada variasi dan dilarang istrinya berinisiatif. Baginya meraba kemaluan istri apalagi menciumnya adalah dosa. Melihat istri telanjang adalah saat memenuhi kewajiban suami istri di ranjang. Baginya bersenggama adalah memasukan batang kemaluannya yang tegang ke dalam kemaluan istri dengan tujuan mengeluarkan airmani didalam lubang itu secepatnya, tidak perlu bertanya istrinya puas atau tidak.Sehingga selama bertahun-tahun, Tita tidak lebih dari benda yang mati yang punya lubang buat membuang airmani suaminya bila tangkinya sudah penuh. Tita sebagai perempuan, yang ternyata mempunyai hasrat menggebu, cuma bisa berkhayal bercumbu dengan lelaki yang bisa memberikan kenikmatan dengan penuh fantasi.

Selama bertahun-tahun. Hanya kira-kira setahun ini Tita bertemu dengan seorang wanita sebayanya yang juga mengalami nasib hampir sama dengannya. Mereka kemudian berteman akrab, saling curhat dan bersimpati. Dari wanita ini, Lilis namanya, Tita mendapatkan film-film porno yang dipinjamkan secara sembunyi-sembunyi. Hubungan mereka sangat akrab karena keduanya juga takut melakukan selingkuh dengan mencari lelaki lain. Yang berani mereka lakukan akhirnya kadang-kadang bermesraan berdua sebagai pasangan lesbian.

Tetapi sebagai perempuan normal Tita tidak terlalu mendapatkan kenikmatan yang diharapkan dari hubungan itu. Dan kini ketika jemari lelaki yang dengan penuh perasaan merabai daerah sensitifnya, semakin berkobarlah nafsu ditubuh Tita. Seakan haus yang selama ini ada telah menemukan air yang dingin segar.

“Ah..terus Bi..” desahnya membara.
Kuluman bibir mereka terus saling bertaut. Lidah mereka saling menjilat, berpilin mesra. Abi mengeluarkan semua kemampuannya, demikian juga dengan Tita mencoba melepaskan hasrat yang dipendamnya selama ini. Selama bertahun-tahun Tita dapat meredam hasratnya. Tak ada keberanian untuk menyeleweng, meski niat itu ada. Tapi sudah sejak beberapa bulan terakhir ini suaminya semakin jarang menyentuhnya. Sehingga hasratnya semakin menggumpal.Malam ini keberaniannya muncul ketika suaminya tidak ada dirumah. Sejak Abi kost dirumahnya, Tita telah memperhatikannya dan ia juga tahu pemuda itu juga memperhatikannya.

Malam ini Tita tidak perduli lagi dengan dosa apalagi suaminya. Ia ingin hasratnya terlampiaskan. Mulut mereka sudah saling lepas, dan mulut Abi mulai menyusuri leher jenjang Tita yang selama ini tertutup rapat. Mulut Abi menciumi leher jenjang yang lembut itu beberapa saat terus kebawah sepertinya hendak kedaerah belahan dada Tita, tapi tiba-tiba Abi bergeser dari duduknya dan bersimpuh di lantai dan melepaskan ciumanya sehingga mukanya berada diantara paha Tita yang mengangkang dimana bibir memeknya sedang dirabai jemari pemuda itu.Rupanya Abi ingin memberikan rangsangan yang lebih lagi dan rupanya Tita juga faham maksud Abi.

Dengan berdebar dan antusias ditunggunya aksi Abi lebih lanjut terhadap selangkangannya dengan lebih lebar lagi mengangkangkan kedua kakinya. Tita menunduk memperhatikan kepala Abi dicondongkan kedepan dan mulutnya mulai mendekati selangkangannya yang terbuka. Dilihatnya TV yang juga sedang menayangkan gambar yang tidak kurang hot Dihadapan Abi selangkangan perempuan yang telah terkangkang bebas. Terlihat bulu jembut yang menghitam agak keriting menumbuhi lembah yang sempit diantara paha montok yang putih mulus.

Abi menelan ludah melihat pemandangan yang indah itu. Labia mayoranya terlihat merekah basah, dihiasi bulu jembut menghitam ditepi dan atasnya. Kontras dan indah dipandang. Kedua tangannya memegang kedua paha yang telah mengangkang itu. Dijulurkan lidahnya menyentuh belahan kemerahan yang sudah terkuak itu. Tercium wangi harum dari lembah itu.Kedua tangan Abi bergeser mendekati lubang memek itu untuk lebih menguakkannya
“Ahhh….!” Tita mendesah dan pinggulnya bergetar ketika ujung lidah itu menyentuh bibir memeknya.

Desahannya semakin menjadi ketika lidah Abi mulai menjilati bibir yang merekah basah itu dan dengan ujung lidahnya mengelitik kelentit yang tersembunyi dibelahannya. Dan itu semakin membuat Tita blingsatan merasakan nikmat yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Pinggulnya dihentak-hentakkan keatas menikmati sentuhan yang belum pernah dirasakan tapi telah lama dihayalkan. Abi terus melakukan jilatan yang nikmat itu dan tangannya yang satu mulai merambah keatas meremasi buah dada yang montok padat.

Rupanya Tita sudah merasa semakin panas meskipun diluar hujan masih turun. Segera dibuka kimono dan dasternya, juga BH yang membungkus sepasang bukit kembar, sehingga perempuan yang sehari-hari selalu berbaju tertutup dan terlihat alim ini kini duduk telanjang bulat disofa dengan kedua kakinya mengangkang dimana seorang pemuda bersimpuh sedang menjilati memeknya.Mata Tita merem melek menikmati jilatan lidah dan rabaan tangan Abi. Hasrat yang telah lama dihayalkan kini mulai terwujud. Ia bertekad untuk mewujudkan dan melaksanakan semua hayalan yang selama ini disimpannya. Banyak hayalan gila-gilaan yang pernah di rekanya, hasil dari pengamatannya menonton film-film porno.

Demikian juga dengan Abi, impiannya kini tercapai. Bukan hanya melihat perempuan berkerudung telanjang tapi juga bisa merabai tubuhnya bahkan mungkin sebentar lagi bercinta dengannya.Jilatan dan rabaan Abi rupanya telah menaikkan nafsu Tita makin tinggi hingga akhirnya dirasakan hasrat itu semakin memuncak. Tita yang belum pernah merasakan orgasme selama berhubungan dengan suaminya, tapi dari rangsangan ketika berhubungan lesbian dengan Lilis dan ketika menonton film porno sambil merabai kemaluannya sendiri, ia tahu akan segera orgasme. Dengan ganas di tariknya kepala Abi agar makin rapat keselangkangannya sambil menggerakkan pinggulnya naik turun, sehingga bukan hanya mulut Abi yang mengesek memeknya tapi juga hidung dan dagu pemuda itu.
“Ahhh…duh gusti…! Ahhh! enak euy !” jeritnya tertahan ketika akhirnya orgasme itu datang juga.

Abi sempat tidak bisa bernafas ketika mukanya dibenamkan rapat keselangkangan itu ditambah Tita merapatkan kedua pahanya menjepit kepalanya. Beberapa saat Tita menyenderkan kepalanya disandaran sofa dengan mata terpejam menikmati untuk pertama kali klimaks karena dicumbu lelaki, nafas memburu dan perlahan kedua kakinya yang menjepit kepala Abi kembali membuka sehingga Abi dapat melepaskan diri. Muka Abi basah bukan hanya oleh keringat tapi juga oleh cairan yang keluar dari lubang kenikmatan Tita.

Abi bangkit berdiri sambil membuka kausnya yang digunakan untuk mengelap mukanya. Tubuhnya berkeringat. Dipandangi perempuan telanjang itu yang duduk mengangkang. Baru ini dapat diamati tubuh telanjang perempuan itu secara utuh.
“Hatur nuhun ya Bi” kata Tita berterima kasih sambil membuka matanya sehabis meresapi kenikmatan yang baru diraihnya.

Dan matanya kembali berbinar ketika dilihatnya Abi telah berdiri telanjang bulat dengan batang kontol mengacung keras. Batang kontol yang besar dan panjang. Jauh lebih besar dari punya suaminya. Ini untuk pertama kalinya ia melihat lelaki telanjang bulat selain suaminya. Abi mendekat dan meraih tangan Tita, dan menariknya berdiri. Kemudian Abi mundur dua langkah mengamati tubuh telanjang perempuan itu lebih seksama.
” Kenapa sih?” tanya Tita sambil senyum-senyum.
“Saya lagi memandangi tubuh indah sempurna yang selama ini tertutup” jawab Abi yang memang terpesona dengan apa yang ada dihadapannya.

Ternyata benar yang sering diangankannya tentang apa yang ada dibalik baju tertutup yang selama ini dipakai Tita, bahkan lebih indah dari yang dibayangkannya karena ini benar-benar nyata. Tubuh Tita memang nyaris sempurna. Badannya tinggi semampai dengan wajah yang cantik dan lekuk setiap tubuhnya saling mendukung dan proposional. Buah dadanya besar padat berisi, pinggangnya ramping dengan pinggul dan pantat yang montok serta sepasang kaki jenjang dengan paha yang padat berisi. Semuanya dibalut dengan kulit yang putih mulus tanpa cela. Dan sesuatu yang rimbun berbulu kehitaman di pangkal pahanya menambah pesona.

Pemandangan itu semakin memperkeras acungan batang kontol Abi. Dan Tita yang sudah terpesona dengan benda itu dari tadi segera meraih dan mengenggamnya. Tita kembali duduk sambil tetap menggengam batang kontol itu. Abi mengikuti dan tahu maksudnya. Ternyata perempuan ini penuh dengan fantasi yang hebat, pikirnya.Dengan mata berbinar diperhatikan batang kontol yang tegang dihadapannya. kontol yang jauh lebih besar dan panjang dari punya suaminya. Telah lama Tita ingin merasakan mengulum kontol lelaki seperti yang dilihatnya difilm porno.

Dipandangnya otot tegang dalam genggaman tangannya. Dengan ujung lidahnya dijilat perlahan kepala kontol yang mengkilap kecoklatan itu. Terasa aneh, tapi diulang lagi dan lagi sehingga hasratnya makin menggebu. Maka dengan perlahan dibuka mulutnya sambil memasukan batang kontol yang telah basah itu dan dikulumnya. Abi meringis nikmat diperlakukan begitu. Apalagi Tita mulai melumati batang kontol didalam mulutnya dengan semakin bernafsu.

Tita mencoba mempratekkan apa yang dilihatnya difilm. Ia tidak hanya menggunakan lidahnya tapi menggaruk batang kontol itu dengam giginya, membuat Abi semakin meringis nikmat. Satu lagi ingin dirasakan Tita adalah rasa air mani lelaki. Karena itu ia ingin merangsang Abi agar pemuda itu orgasme dan menumpahkan cairan mani di mulutnya. Tita yang selama ini kecewa dengan kehidupan sex bersama suaminya hingga terlibat hubungan lesbian dan sering menghayalkan fantasi-fantasi liar yang pernah ditontonnya di film.

Kini ia punya kesempatan untuk mewujudkannya. Tak ada lagi rasa malu atau jijik. Telah dilepaskan semua atribut sebagai istri yang patuh dan saleh. Yang ada didalam benaknya adalah menuntaskan hasratnya.Abi yang batang kontolnya dikulum sedemikian rupa semakin terangsang tinggi. Kuluman mulut Tita meskipun baru untuk pertama kali melakukannya tapi cukup membuatnya mengelinjang nikmat. Sangat lain sensasinya. Hingga akhirnya….
“Ah Teh, sudah mau keluar nih” desis Abi mengingatkan sambil mencoba menarik pinggulnya.

Tapi Tita yang memang mau merasakan semburan mani dimulutnya malah semakin menggiatkan kulumannya. Hingga akhirnya tanpa bisa ditahan lagi, batang kontol itu menumpahkan cairan kenikmatan didalam mulut Tita. Abi meregang, dengkulnya terasa goyah. Dan Tita semakin menguatkan kuluman bibirnya di kontol itu. Dirasakannya cairan hangat menyemprot didalam mulutnya, rasanya aneh sedikit tapi gurih. Enak menurutnya. Tanpa ragu Tita semakin keras mengocok batang kontol itu dan dengan lahap ditelannya cairan yang muncrat dari lubang kontol Abi, bahkan sampai tetes terakhir dengan menghisap batang kontol itu. Tanpa rasa jijik atau mual.

“Bagai mana rasanya Teh?” tanya Abi. Ia kagum ada perempuan yang mau menelan air maninya dengan antusias.
“Enak, gurih” kata Tita tanpa ragu. Keduanya duduk diatas sofa mengatur nafas. Kemudian Tita bangkit.

“Sebentar ya, saya buatkan minuman buat kamu” katanya sambil kedapur dengan hanya mengenakan kimono. Abi sambil telanjang mengikuti dari belakang dan ke kamar mandi membersihkan batang kontolnya sambil kencing. Setelah itu didapatinya Tita di dapur membuatkan minuman.

Abi mendekati dari belakang dan mendekapnya sambil tangannya meremas sepasang bukit kembar yang menggantung bebas. Tita menggelinjang merasakan remasan di dadanya. Apalagi ketika kuduknya diciumi Abi. Perlahan dirasakan batang kontol Abi mulai bangkit lagi mengganjal dipantatnya. Tita semakin mengelinjang ketika tangan Abi yang satunya mulai merambahi selangkangannya.
“Sudah nggak sabar ya” katanya sambil ketawa dan berbalik. Kembali keduanya berciuman dengan rakus.
“Dikamar saja ya” ajak Tita ketika ciuman mereka semakin larut.Mereka masuk kekamar yang biasanya untuk tamu. Disana ada tempat tidur besar dengan kasur empuk.

Tita mendorong tubuh Abi keranjang dan jatuh celentang. Tita juga segera menjatuhkan tubuhnya di ranjang menyusul Abi. Keduanya kembali berciuman dengan buas. Tapi tidak lama karena Tita mendorong kepala Abi kebawah. Ia ingin Abi mengerjai buahdadanya. Abi menurut karena ia pun sudah ingin merasakan lembutnya sepasang bukit kembar yang montok berisi itu. Tita mendesah sambil mengerumus rambut Abi yang mulai menjilati dan menghisapi salah satu pentil buahdadanya. Sedangkan yang satunya diremasi tangan Abi dengan lembut. Abi merasakan buahdada yang lembut dan perlahan terasa semakin menegang dengan puting yang mengeras.

“Oh… Bi…! Geliin..terus akh…!”Tangan Abi yang satunya mulai merambahi kembali selangkangan perempuan itu. Tita menyambutnya dengan merenggangkan kedua kakinya.

“Ahh..terus sayang!” desisnya ketika jemari pemuda itu mulai menyentuh kemaluannya. Jemari Abi dengan perlahan menyusuri lembah berbulu dimana didalamnya terdapat bibir lembut yang lembab.

Tita semakin menggelinjang ketika ujung jari Abi menyentuh kelentitnya. Kini mulut dan tangan Abi secara bersamaan memberikan rangsangan kepada perempuan kesepian yang haus seks itu. Sementara Tita juga sangat menikmati jilatan dan rabaan pemuda itu.Beberapa lama kemudian Abi mengambil inisiatif setelah puas merambahi sepasang bukit ranum itu, perlahan mulutnya mulai bergerak kebawah menyusuri perut mulus Tita dan berhenti di pusarnya.

Tita menggelinjang ketika pusarnya dijilat lidah pemuda itu.Tita rupanya tidak mau nganggur sendiri. Ditariknya pinggul Abi kearah kepalanya. Abi faham maksudnya. Dengan segera dikangkangi kepala Tita diantara kedua pahanya dan menempatkan pangkal pahanya dengan batang kontol yang menegang keras diatas muka Tita. Yang segera disambut kuluman Tita dengan bernafsu. Abi juga sudah menempatkan kepalanya diantara paha Tita yang mengangkang. Mulutnya mulai merambahi kembali lembah harum berjembut lebat itu. Keduanya melakukan tugas dengan nafsu yang semakin tinggi dan terus berusaha merangsang pasangan masing-masing.

Tita istri kesepian yang bertahun-tahun menyimpan hasrat, sehingga sekarang seakan mempunyai nafsu yang sepertinya tak habis-habis untuk ditumpahkan. Demikian juga dengan Abi pemuda lajang yang cukup berpengalaman dalam urusan perempuan tapi baru kali ini bercinta dengan istri orang, sehingga fantasi yang dirasakan sangat beda dari yang pernah dialami sebelumnya.

“Oh…! Bi, lakukanlah” desah Tita mulai tak tahan menahan hasratnya. Abi segera menghentikan jilatannya dan mengatur posisi. Tita celentang pasrah dengan kedua paha terbuka lebar menantikan hujaman batang kontol Abi pada lubang memeknya yang telah semakin berdenyut.

Dadanya berdebar kencang, mengingatkannya pada malam pertama ketika untuk pertama kali diperawani suaminya. Usianya belum lagi tujuhbelas tahun waktu itu. Tak ada kemesraaan dan kenikmatan, yang ada hanya kesakitan ketika batang kontol Hamdan merobek lubang kemaluannya. Untung cuma berlangsung sebentar karena suaminya cepat keluar air maninya. Dilihatnya wajah puas suaminya ketika ada bercak darah disprei, tanda istrinya masih perawan.

Tita tersentak dari mimpi buruknya ketika terasa benda hangat menyentuh bibir memeknya. Direngkuhnya tubuh Abi ketika perlahan batang kontol yang keras itu mulai menyusuri lubang memeknya.
“Akh…! enak Bi!” desisnya. Tangannya menekan pinggul Abi agar batang kontol pemuda itu masuk seluruhnya.

Abi juga merasakan nikmat. Memek Tita masih terasa sempit dan seret. Abi mulai menggerakkan pinggulnya perlahan naik-turun dan terus dipercepat diimbangi gerakan pinggul Tita. Keduanya terus berpacu menggapai nikmat.
“Ayo Bi geyol terusss!” desis Tita makin hilang kendali merasakan nikmat yang baru kali ini dirasakan. Abi mengerakkan pinggulnya semakin cepat dan keras. Sesekali disentakkan kedepan sehingga batang kontolnya tuntas masuk seluruhnya kedalam memek Tita.

“Oh..Bi !”jerit Tita nikmat setiap kali Abi melakukannya. Terasa batang kontol itu menyodok dasar lubang memeknya yang terdalam.
Semakin sering Abi melakukannya, semakin bertambah nikmat yang dirasakan Tita sehingga pada hentakan yang sekian Tita merasakan otot diseluruh tubuhnya meregang. Dengan tangannya ditekan pantat Abi agar hujaman bantang kontol itu semakin dalam. Dan terasa ada yang berdenyut-denyut didalam lubang memeknya.

“Ahk..! Ah…duh akhh!” teriaknya tertahan merasakan orgasme yang untuk pertama kali saat bersanggama dengan lelaki. Sangat nikmat dirasakan Tita. Seluruh tubuhnya terasa dialiri listrik berkekuatan rendah yang membuatnya berdesir. Abi yang belum keluar terus menggerakkan pinggulnya semakin cepat. Menyebabkan Tita kembali berusaha mengimbangi.

Diangkat kedua kakinya keatas dan dipegang dengan kedua tangannya, sehingga pinggulnya sedikit terangkat sehingga memeknya semakin menjengkit. Menyebabkan hujaman kontol Abi semakin dalam. Abi yang berusaha mencapai kenikmatannya, merasa lebih nikmat dengan posisi Tita seperti itu. Demikian juga dengan Tita, perlahan kenikmatan puncak yang belum turun benar naik lagi.Tita mengangkat dan menumpangkan kakinya dipundak Abi, sehingga selangkangannya lebih terangkat.

Abi memeluk kedua kaki Tita, sehingga tubuhnya setengah berdiri. Dirasakan jepitan memek Tita lebih terasa sehingga gesekan batang kontolnya menjadi semakin nikmat. Abi semakin menghentakkan pinggulnya ketika dirasakan kenikmatan puncak sudah semakin dekat dirasakan.

“Ahhh…” Abi mendesah nikmat ketika dari batang kontolnya menyembur cairan kenikmatannya. Dikocoknya terus batang kontol itu untuk menuntaskan hasratnya. Bersamaan dengan itu Tita rupanya juga merasakan kenikmatan yang kedua kalinya.

“Akhh…!!” jeritnya untuk kedua kali merasakan orgasme berturut-turut. Tubuh Abi ambruk diatas tubuh Tita. Keduanya saling berdekapan. Kemaluan mereka masih bertaut. Keringat mengucur dari tubuh keduanya, bersatu. Nafas saling memburu.

“Hatur nuhun ya Bi, hatur nuhun” kata Tita terbata mengucapkan terima kasih diantara nafasnya yang memburu. Tuntas sudah hasratnya. Dua tubuh yang panas berkeringat terus berdekapan mengatasi dinginnya malam.

Tak sampai sepuluh menit mereka saling berdekapan ketika dirasakan Abi, batang kontolnya yang telah lepas dari lubang memek Tita mulai dirabai dan diremas kembali oleh tangan Tita. Rupanya perempuan ini sudah ingin lagi. Abi tersenyum dalam hati, lembur nih ini malam!Memang Tita sudah bangkit lagi hasratnya. Nafsunya yang lama terpendam seakan-akan segera muncul kembali meskipun baru terpenuhi. Sepertinya ia tidak ingin melepaskan kesempatan malam ini untuk bercinta sebanyak mungkin dengan Abi sampai besok pagi, dengan berbagai teknik dan posisi yang selama ini cuma diangankannya.

Dan malam itu mereka melewati malam panjang dengan penuh keringat, cumbuan, rabaan, hentakan nafas dan desahan nikmat berkali-kali sampai pagi.

Abi bangun ketika dirasakan sinar matahari menyinari tubuhnya yang masih telanjang cuma ditutupi selimut. Ia masih terbaring diranjang tempat dia bercinta sepanjang malam dengan Tita. Dilihatnya jam sudah pukul sembilan. Badannya terasa segar meskipun sepanjang malam mengeluarkan tenaga untuk melayani dan mengimbangi nafsu Tita yang ternyata tak kenal puas. Tak kurang dari lima ronde dilewati oleh mereka dengan sebentar saja istirahat.

Abi ingat setiap dua atau tiga ronde, Tita selalu membuatkannya minuman sejenis jamu yang ternyata sangat berkhasiat memulihkan energinya sehingga sanggup melayani perempuan yang haus sex itu berkali-kali. Abi masih berbaring. Dicobanya membayangkan kejadian tadi malam. Seperti mimpi tapi benar terjadi. Perempuan yang terlihat lembut tapi ternyata sangat ganas di tempat tidur. Berbagai posisi bercinta telah mereka lakukan semalam.

Tiba-tiba pintu kamar dibuka dan masuklah Tita dengan pakaian lengkap dengan rapat menutup rambutnya membawa nampan berisi roti dan minuman.
“Eh sudah bangun, bagaimana tidurnya nyenyak” katanya sambil tersenyum dan langsung duduk ditepi ranjang.
“Nih sarapan dulu, nantikan kerja keras lagi” katanya sambil senyum menggoda.

Disodorkanya gelas yang berisi telor setengah matang dicampur minuman yang menurut Tita ramuan rahasia menambah gairah lelaki. KemudianTita memberikannya sepotong roti yang dilahap oleh Abi dengan cepat. Baru terasa perutnya sangat lapar.

“Teteh mau kemana sih kok rapi…” tanya Abi
“Baru nganter anak saya ke rumah Teh Siti. Biar kita bebas” kata Tita kembali tersenyum nakal. Abi merasa girang karena hasratnya juga mulai berkobar lagi justru karena melihat Tita berpakaian lengkap.
“Teteh beda banget deh kalau pake jilbab gini…. Jadinya takut aku macem-macem sama teteh… alimmm banget….” Goda Abi sambil pura-pura menutupi tubunya yang masih bugil itu.

“Kamu bisa aja sih Bi, biar pake jilbab aku kan juga manusia biasa… pengen kehangatan, pengen kenikmatan…” jawabnya sambil mencubit paha Abi, sambil tangan kanannya mencoba melepas jilbabnya.
“Teh .. jangan dilepas dulu jilbabnya… Teteh mau ngga memenuhi permintaan saya?” kata Abi
“Apa sih?” tanya Tita agak heran
“Maaf nih Teh, “kata Abi ” Teteh mau ngga bergaya seperti penari striptease, membuka satu-persatu baju Teteh didepan saya”
“Kenapa tidak” kata jawab Tita Tita tersenyum manis sambil bangkit dan mulai bergaya seperti penari salsa. Mengerakkan tangannya juga pinggulnya. Sambil berputar berusaha melepas jilbabnya.

“jilbabnya jangan dilepas dulu teh…” seru Abi.Abi memperhatikannya sambil berbaring menyender di ranjang. Matanya berbinar menyaksikan gaya dan aktrasi Tita. Dengan masih bergoyang, Tita mulai membuka kancing bajunya sehingga mencuatlah buah dada montoknya yang terbungkus BH. Sambil terus menggoyangkan pinggulnya meluncurlah celana panjang yang dipakainya, hingga kini Tita hanya mengenakan jilbab, BH dan Celana dalam berwarna pink.

Dalam keadaan setengah bugil itu goyangan Tita semakin seronok dan menggoda. Kedua tangannya meremasi buahdadanya sambil pinggulnya bergoyang maju-mundur. Abi benar-benar terpesona memandang didepan matanya seorang wanita berkontol menari erotis hanya menggunakan BH dan celana dalam wow… dan perlahan batang kontolnya mulai ngaceng.

Tita naik keatas ranjang. Tariannya kini semakin liar. Disorongkannya pangkal pahanya ke muka Abi sambil menurunkan celana dalamnya sedikit, memperlihatkan bulu jembutnya. Abi menanggapi dengan meraba paha Tita dan membelainya. Kini selangkangan Tita tepat dimuka Abi.Dengan tangannya ditariknya kebawah celana dalam Tita dan langsung dijilati rimbunan jembut menghitam yang dibaliknya terdapat lembah yang nikmat. Tita mengangkangkan kedua kakinya sambil sedikit menekuk lututnya. Tangannya memegang tembok.

Pinggulnya kini bergerak perlahan mengimbangi jilatan lidah Abi pada selangkangannya. Abi menengadah dengan mulut dan lidahnya merambahi daerah kemaluan Tita dengan rakus. Tita mendesah nikmat diperlakukan seperti itu, satu tangannya kini meremasi buahdadanya yang telah terbuka. Dengan ujung lidahnya Abi menjilati lubang memek Tita yang sudah dikuakkan jari tangannya.

Dengan penuh nafsu belahan lembut itu tidak hanya dijilat tapi juga dihisap. Sangat eksotis sekali melihat pemandangan ini, seorang wanita yang masih mengenakan kerudung/jilbabnya sedang dalam keadaan terangsang berat dan kedua tangannya meremas buah dadanya sendiri. Tita merintih nikmat ketika satu jari tengah Abi dimasukkan kedalam lubang memeknya yang semakin basah. Abi menggerakkan jarinya keluar masuk di liang kenikmatan itu dengan sesekali mengoreknya seperti mencari sesuatu, ditambah lidahnya terus menjilati kelentit perempuan itu, menyebabkan Tita semakin mengelinjang liar.

Tita semakin keras meremasi buah dadanya. Tubuhnya bergetar hebat menerima sentuhan pada lubang memeknya. Kaki Tita terasa tidak kuat menyangga tubuhnya hingga terduduk. Jari Abi masih terhujam dilubang memeknya. Tita membaringkan tubuhnya kebelakang sedangkan pinggulnya diangkat keatas sehingga posisinya melengkung seperti pemain akrobat. Kemaluannya mendongak keatas disangga kedua kakinya yang terbuka. Sehingga kembali mulut Abi dapat merambahi lembah berbulu itu dengan bebas.

Entah kenapa, Abi sangat suka menjilati seputar memek Tita, selain berbau harum juga sangat indah bila dipandang. Dan tentu Tita juga sangat menyukai perlakuan Abi itu, sesuatu yang telah didambakan selama bertahun-tahun. Setelah beberapa lama, rupanya Tita ingin segera disodok lubang memeknya dengan batang kontol pemuda itu yang telah keras mengaceng.

Diturunkan tubuhnya dan mengarahkan selangkangannya kebatang kontol Abi yang telah mengaceng keatas. Abi membantu mengarahkan batang kontolnya kelubang yang telah basah merekah itu. Tita mendesah ketika kepala kontol Abi perlahan menyusup kedalam lubang memeknya yang sempit. Lubang memek Tita meskipun sudah pernah melahirkan masih terasa sempit dan peret. Itu hasil dari rutinnya ia minum ramuan warisan orang tuanya. Sehingga selain lebih rapet juga memeknya berbau harum. Begitu juga ramuan yang diberikan kepada Abi, ramuan khusus untuk lelaki yang membuatnya perkasa dan selalu siap tempur. Dan itu dirasakan oleh Abi setelah minum ramuan buatan Tita. Tubuhnya kembali segar dan batang kontolnya selalu siap tempur.Secara normal Abi memang lelaki yang kuat berhubungan sex, tapi semalaman lima kali bertempur pastilah pagi ini ia masih kecapaian.

Nyatanya pagi ini ia kembali bergairah bahkan semakin tinggi dorongan birahinya. Abi sempat bertanya kenapa ramuan itu tidak diberikan kepada suaminya. Ternyata Tita pernah memberikan suaminya minuman itu, tapi ternya suaminya marah-marah dan melempar gelasnya. Baginya haram minum minuman yang cuma untuk meningkatkan nafsu belaka.

Abi merasakan selusuran batang kontolnya didalam lubang memek Tita yang kering tapi lembut. Sehingga sentuhan kepala kontolnya yang sensitif pada dinding lubang memek itu menjadi lebih nikmat. Tita mulai menggerakkan tubuhnya naik turun perlahan dan semakin cepat diselingi hentakan-hentakan yang liar. Posisi Abi yang duduk menyandar di sandaran tempat tidur hanya bisa sedikit mengimbangi gerakan Tita yang semakin cepat. Tangannya memegang pinggul montok perempuan itu mengikuti gerakan turun naiknya.

Sepasang buah dada yang montok itu terguncang-guncang menggesek muka Abi. Sesekali Tita menghempaskan pingulnya kebawah sehingga batang kontol Abi menghujam seluruhnya didalam lubang memeknya. Dan itu mendatangkan nikmat yang sangat bagi Tita ketika kepala kontol Abi menghujam lubang memeknya yang terdalam yang paling sensitif. Tita terus mehentakkan pinggulnya semakin cepat ketika dirasahan tubuhnya mulai dialiri getaran yang semakin keras, dan tanpa bisa dicegah tubuhnya mengejang ketika getaran itu mencapai puncaknya.

“Achhh..!! ” jeritnya keras merasakan puncak kenikmatan.
Tubuhnya mendekap Abi dengan ketat. Abi yang belum tertuntaskan hasratnya kemudian mendorong tubuh Tita kebelakang hingga terlentang dengan tubuh Abi berada diatasnya. Batang kontolnya masih bertaut dalam dilubang memek Tita. Segera Abi mengerakkan pinggulnya naik turun melanjutkan gerakan yang dibuat Tita. Gerakan Abi langsung cepat karena ia juga ingin membuat Tita orgasme yang kedua kalinya berturut-turut, seperti yang selalu dilakukan sepanjang malam tadi. Bahkan ia ingin membuat hatrick, yaitu membuat Tita klimaks tiga kali berturut-turut.

Abi merasa mampu karena tubuhnya terasa segar sedangkan batang kontolnya masih belum terasa sensitif. Dan nyatanya dihentak sedemikian rupa klimaks Tita yang belum surut, kembali berkobar semakin tinggi. Tita mencoba mengimbangi goyangan Abi, tapi ternyata hanya sebentar ketika orgasme yang kedua kali melandanya.
“Duh gusti.!.ackhh. .oh! ” jeritnya nikmat.

Ia merasa puas dengan kemampuan Abi, bukan semata karena ramuan yang diberikannya tapi karena pemuda ini memang pintar bercinta dengan teknik yang bisa mengimbangi hasratnya. Abi terus saja menggerakkan pinggulnya tanpa perduli, ia ingin memberikan yang terbaik kepada perempuan ini. Kembali Abi berusaha memacu kembali hasrat Tita yang baru klimaks dan memang tak lebih dari satu menit kembali tubuh Tita diguncang getaran yang paling nikmat. “Aaaarrggghh. .!” desahnya kembali.

Belum pernah ia merasakan orgasme tiga kali berturut-turut. Bahkan yang dua kali secara beruntun. Sehingga tubuhnya terasa melayang kelangit kenikmatan ketujuh. Abi yang masih segar belum menghentikan goyangannya bahkan semakin cepat karena ia mulai merasakan nikmat pada batang kontolnya. Tita yang telah KO tiga kali hanya bisa celentang pasrah, seluruh persendiannya terasa lemas. Tapi tiba-tiba hasratnya untuk menikmati airmani Abi muncul. “Bi, saya mau kulum punya kamu” pintanya kembali bersemangat.

Abi menghentikan goyangannya, dia maklum rupanya Tita sudah haus ingin minum. Minum air maninya.Abi juga merasa senang karena ada kenikmatan lain menumpahkan air maninya didalam mulut perempuan itu. maka dicabutnya batang kontol dari lubang kenikmatan itu. Tita mengatur posisi. Kepalanya diganjal dengan bantal sehingga setengah berbaring. Abi segera berlutut mengangkangi badan Tita dengan batang kontolnya mengacung tepat dimuka Tita yang langsung menyambarnya dan mengulumnya dengan nikmat.

Benar-benar pemandangan yang penuh sensasi…. luar biasa, seorang wanita terbaring telanjang bulat dengan hanya mengenakan jilbab, suatu paduan yang bertolak belakang… apalagi mulut wanita berjilbab ini membuka siap menerima batang kontolnya yang keras dan basah dengan lendir vaginanya. Abi merem-melek, gairahnya seakan semakin terbakar melihat dan merasakan bibir wanita berjilbab ini melahap dan mengulum batang kontolnya yang sedang ngaceng dan Abi sangat menikmati sentuhan itu, dibiarkan perempuan itu memperlakukan kontolnya dengan mulutnya.

Tita dengan penuh nafsu mengulum dan menjilatinya. Cara perlakuannya semakin pintar dan terampil, hingga nikmat yang dirasakan Abi semakin tinggi.Jarang ada perempuan yang dikencaninya mau mengulum batang kontolnya apa lagi menelan air maninya. Yang mau melakukan itu biasanya perempuan bayaran. Tapi kini perempuan baik-baik, seorang istri yang kesepian dengan rakus melakukannya. Abi merasa beruntung bertemu dengan Tita.

Tidak terpikirkan apa reaksi Pak Hamdan bila tahu perbuatan mereka.Abi merasa batang kontolnya semakin sensitif dikulum dan dilumati mulut Tita yang semakin rakus. Dan tanpa dapat ditahan lagi muncratlah cairan kenikmatan hangat dari otot tegang itu, yang segera dilahap dengan nikmat oleh Tita. Batang kontol itu dikulum hingga hampir sepenuhnya masuk kedalam mulutnya sehingga airmani yang tercurah langsung masuk ketenggorokannya dan tertelan. Enak sekali dirasakan Tita.

Demikian juga dengan Abi, tubuhnya meregang tersentak-sentak seiring curahan cairan kenikmatannya yang dengan rakus ditelan perempuan itu. Tita bahkan juga menjilati cairan yang meleleh dibatang kontol hingga tuntas. Dan tuntas juga ronde pertama dipagi itu. Di pagi itu, seperti malam tadi, mereka terus kembali merengkuh kenikmatan hingga sore.