TOMAT BASAH - Saya yg merantau sendirian ini memang sedikit kesulitan dalam hal keuangan. Saya tinggal sendiri di sebuah kamar kost yg hampir saja aku tak mampu membayar uang sewanya. Untungnya sebulan lalu, saya bertemu dgn teman-teman yg mengerti dgn keadaanku.
Mereka adalah Topan, Janu, Agus, Iwan dan Sigit. Terutama Janu, anak seorang juragan beras yg cukup kaya raya, terakhir dia meminjamkan motor cbr 250 nya kepadaku, agar aku bisa berkeliling mencari pekerjaan.
Sudah lama saya menunggu kabar panggilan interview, tp tak ada kabar. Untungnya utk menyambung hidup, saya terkadang membantu Topan di kios temannya yg selain menjual bensin eceran juga melayani tambal ban. Kadang Janu juga memberikan sedikit uang kepadaku, dia juga sering mengajak kami berkumpul dan berpesta dgn biaya yg dia tanggung.
Hingga hari ini tiba, Janu ingin mengajak kami berbisnis, ia mengajak kami berkumpul di cafe tempat biasa kami berkumpul. Tepat jam 7 malam saya sudah sampai di tempat yg dimaksud. Topan, Iwan dan Sigit sudah menunggu kami, seperti biasa, penampilan mereka seperti preman, baju sobek dgn badan gelap penuh tatto. Sambil menunggu yg lain, kami hanya berbicara ringan sambil menghabiskan rokok.
Tak lama menunggu, mobil kijang hitam milik Janu sudah parkir depan cafe, Janu dan lainnya pun turun dari mobil.
“Loh, Agus mana Jan?”, tanyaku kepada Janu karena hanya melihat Janu dan beberapa orang tak dikenal yg turun dari mobil.
“Dia jemput teman-teman lain… Ini teman saya juga, perkenalkan ini Iskandar, ini Marwan, ini Eko dan ini Budi”, Janu memperkenalkan teman-temannya.
Kamipun kemudian ngobrol-ngobrol dan menjadi akrab. Sambil menunggu Agus, Janu memesan beberapa pesanan utk menemani kami. Bir Guinness dan rokok Marlboro selalu tak terlupakan jika kami berkumpul.
Sekitar setengah jam menunggu akhirnya Agus tiba dgn mobil sedan corola milik Janu. Mobil ini nganggur di rumah, jadi Janu meminjamkannya utk Agus, karena menganggap Agus sudah seperti saudara sendiri.
Saya sedikit terkejut melihat Agus turun dari mobil bersama 3 gadis belia. Wajah mereka lumayan cantik, tubuh merekapun sexy.
“Niken…”, salah satu gadis memperkenalkan dirinya kepada kami sambil berjabat tangan.
Disusul dgn 2 gadis lainnya yg ikut masuk cafe di belakang Agus. 2 gadis tersebut bernama Lisa dan Widya. Senyum mereka manis sekali, kulit mereka walaupun sedikit gelap tp terawat, rambut mereka panjang terurai di punggung, wangi parfum mereka pun membangkitkan gairahku.
Akhirnya Janu menjelaskan semuanya, gadis-gadis itu adalah teman baik mereka, mereka sudah berteman baik sejak duduk di bangku sekolah SMP, walaupun tak satu sekolah. Selama ini Janu lah yg membiayai hidup mereka.
Gadis-gadis ini selama ini tdk bekerja, hanya menghabiskan uang Janu utk merawat diri. Oleh karena itu, para gadis itu pun tak mau terlalu merepotkan Janu lagi. Sebenarnya mereka yg menyarankan Janu utk membuka usaha, oleh karena itu Janu pun mengajak kami join.
Lama ngobrol tentang masa lalu mereka dan persahabatan mereka, Janu pun akhirnya menjelaskan bisnis apa yg akan mereka jalankan.
“Jadi, saya mau buka sebuah tempat panti pijatt… Karena usaha ini adalah usaha “plus-plus”, maka saya butuh karyawan-karyawan pemberani seperti kalian…”.
Saya tahu maksud Janu, dia akan membuka tempat prostitusi dgn wanita penghibur adalah gadis-gadis tersebut, dan teman-teman yg lain selain sebagai staff juga utk jaga-jaga. Iwan dan Sigit memang lah preman, mereka pasti bisa menjaga usaha Janu.
Aku sendiri sebenarnya kurang setuju, tp apa boleh buat, gelar sarjanaku tdk menjamin kehidupanku, aku sudah lama menganggur, hitung-hitung selain membantu dan membalas jasa Janu, aku bisa memperoleh penghasilanku sendiri.
“Ruko milik papaku yg ada di komplek mall sudah lama tak terpakai, jadi saya yg akan menggunakanya, masalah ijin biar saya yg urus…”, kata Janu.
Semua ternyata menyetujui ide Janu, dan akhirnya kami pun berangkat menuju ruko kosong milik papanya Janu itu.
Sesampai di sana kami semua bergotong royong utk membersihkannya.
Ruko ini ada 3 tingkat, di lantai bawah kami sengaja kosongkan utk tempat parkir, lantai 2 terdiri dari beberapa sekat kamar, dihitung-hitung ada sekitar 10 kamar, lantai 3 hanya ada 2 kamar kosong dan satu ruangan yg sangat luas.
10 kamar di lantai 2 dijadikan tempat praktek, sedangkan lantai 3 utk tempat kami berkumpul. Janu memintaku utk mempergunakan 1 kamar sebagai tempat tinggalku, dia tdk ingin aku terbebani dgn biaya sewa kost yg semakin mahal.
Tempat sudah siap, walaupun dgn tenaga seadanya, kami tetap semangat. 2 hari setelah pembukaan, tempat kami masih sepi, belum ada satupun pelanggan yg datang, mungkin karena kami masih baru, apalagi usaha kami tanpa plang nama.
Janu pun belum berani memberitahukan papanya tentang usaha “plus-plus” nya ini. Janu pun yakin bahwa papa nya pasti akan sangat menentang usahanya ini, oleh karena itu Janu ingin mengelolanya sendiri tanpa dicampuri ortu nya.
Sudah hari ke-3 belum juga ada pelanggan yg masuk. Apa tdk ada yg tahu tempat ini? Saking sepinya, teman-teman lain malas utk berjaga di sini. Topan malah memfokuskan kios bensin dan tambal ban milik temannya, Sigit dan Iwan pun membantu Topan di sana.
Sedangkan teman Janu yg lain belum menampakkan hidungnya, kata Agus mereka sedang mempromosikan usaha ini ke teman-teman lain. Usaha ini telah Janu percayakan kepadaku, sebelum berangkat ke luar negeri Janu sudah pesan ke Agus utk bekerja sama mengambil keputusan. Janu berlibur ke Singapura, tp saya dengar dari Agus ini bukan sekedar liburan, Janu mengurus masalah pribadinya.
Aku sedang berada di ruang kumpul, asyik berkaraoke ria bersama Niken, Lisa dan Widya. Lantai bawah hanya dijaga oleh Agus. Berhubung sepi, kami hanya gunakan waktu utk bersenang-senang. Tp kesenanganku tiba-tiba terganggu oleh sura dering telepon.
“Jan, ada yg mau lamar kerja nich, gimana?” tanya Agus dari telepon lantai bawah.
“Wah, usaha masih sepi udah ada yg lamar kerja…” aku juga binggung mesti bagaimana, sedangkan kami di sini belum ada pemasukan.
“Orangnya nangis-nangis mohon kerja nich, gue suruh naik aja ya…” kata Agus langsung menutup telpon.
Tak lama kemudian sesosok gadis masuk ke ruangan kami. Niken langsung mengecilkan suara musik. Cewek ini putih mulus, gadis keturunan kayaknya, rambutnya panjang, dan masih muda.
“Pak, saya butuh pekerjaan…” tiba-tiba gadis itu mendekatiku dan berlutut di depanku.
Raut wajahnya sangat memelas, pantas saja Agus tak mampu meladeninya. Matanya masih bengkak karena menangis.
“Kami belum menerima karyawan lagi.. Usaha kami saja stagnan..” jawabku sambil menyuruhnya berdiri.
“Saya benar-benar butuh pekerjaan pak…” tangisannya makin kencang.
“Kita saja masih nganggur di sini sis…” sindir Niken dgn sinis.
“Saya tahu usaha kalian, dan saya rela kerja apa saja…” jawab gadis itu.
“Apa saja?” jawab Niken, sedangkan Lisa dan Widya hanya diam duduk di sebalah ku.
“Kita di sini jadi perek loh, emang lu mau?” tanya Niken.
“Maa.. mau…” jawab gadis itu dgn air mata yg masih terus mengalir.
Gadis ini cantik, tubuhnya langsing dan sexy, masih muda dgn umur sekitar 17 tahunnan, kulitnya pun putih mulus. Seandainya dia kerja disini, saya yakin Niken dan teman-temannya akan tersaingi.
“Coba kamu memperkenalkan diri…” mintaku ingin mengetahui sedikit latar belakang gadis ini.
“Namaku Tika, umur 18tahun, belum menikah, belum pernah bekerja.” jawabnya memperkenalkan diri.
“Lalu kenapa kamu ingin bekerja di sini?” tanyaku lagi.-cerita panas-
“Saya butuh uang…” jawabnya sambil menundukkan kepala.
“Hahahahahahaha… Kamu kan cantik… Kenapa takut ga ada uang?… Cari saja pria-pria kaya utk jadikan suami…” ejek Niken yg sepertinya sedikit iri dgn kecantikan Tika.
“Aku mohon…” Tika kembali memohon sambil berlutut di depanku.
“Aku bukan bos di sini, tp kalau bos ku sudah pulang nanti ku kabari ya…” jawabku karena tdk mau melangkahi Janu.
“Aku akan terus menunggu di sini…” jawab Tika.
“Oke, kalau begitu coba kamu praktekkan apa yg kamu tahu dgn kerjaan di sini?” Niken memotong pembicaraanku. “Ken…” aku coba mengingatkan Niken kalau kami tdk punya hak merekrut karyawan.
“Tenang saja, Janu pasti setuju, palagi kalau kamu dan Agus sudah bilang oke…” bisik Niken di telingaku dgn sedikit gaya centilnya.
Tika tiba-tiba berdiri, tubuhnya cukup tinggi kira-kira ada 175cm layaknya seorang model.
Kemudian dia melepaskan kaos putih yg dia kenakan sehingga tubuh atasnya hanya mengenakan bh berwarna hitam yg membalut buah dadanya. Sayang saja, buah dadanya tdk terlalu besar, tp aku suka itu, buah dada yg tdk begiti besar lebih terlihat alami, apalagi kulitnya yg putih mulus memperlihatkan ke ranuman buah dadanya.
Kemudian dia juga melepas celana jeans nya, CDnya berarna pink. Tubuhnya sekarang hanya terbalut bh hitam dan CD pink. Aku terkagum dan sedikit menelan air ludah, sungguh indah pemandangan ini.
“Cuma begini???” tanya Niken yg kurang puas.
Sepertinya Tika keberatan utk melucuti semua pakaiannya, aku tdk tahu apa yg menyebabkannya mau bekerja di sini, pasti ada sesuatu yg telah terjadi.
“Tik, tak perlu dipaksakan, pekerjaan ini tdk baik, sebaiknya kamu pulang saja…” pintaku agar Tika tdk ikut terjerumus dalam bisnis kotor ini.
Lalu Tika kembali berlutut di depan ku, sepertinya dia ingin memohon lagi kepadaku.
Tp ternyata ia malah mendekatiku yg sedang duduk di sofa. Ia berlutut dan menjulurkan tangan ke arah pinggangku. Ia dgn sedikit malu-malu mencoba menurunkan celanaku.
Karena aku memakai celana pendek sebatas lutut yg terbuat dari kain tanpa mengenakan ikat pinggang, menjadikan usaha Tika berjalan dgn mulus. Tika berhasil membuka celanaku dan mengeluarkan k0ntolku yg sudah tegang gara-gara melihat tubuh hot Tika.
Tanpa ragu-ragu Tika langsung mengulum k0ntolku. Waw, aku langsung terdiam dgn nikmat yg kurasakan ini. Niken, Lisa dan Widya tersenyum dan mereka kembali mengeraskan suara speaker utk berkaraoke ria.
“Sama-sama karaoke nich…” ejek Niken ke Tika.
Aku sebenarnya sedikit iba, Tika yg masih meneteskan air mata terus mengulum k0ntolku yg sedang dalam tegangan tinggi. Sangat bersalah sekali kalau tdk menerima Tika yg sudah memohon seperti ini, tp sangat berdosa sekali telah menjerumuskan dia juga ke usaha seperti ini.
15 menit mungkin sudah berlalu, k0ntolku masih saja dikulum oleh Tika, sepertinya dia takut utk ke tahap yg lebih lanjut. Melihat demikian, Niken dan teman-teman sepertinya bosan, mereka berhenti berkaraoke dan hanya membiarkan musik berlantun keras.
Mereka menghampiri Tika dan coba mengerjainya. Tika kaget dan melepaskan kulumannya dari k0ntolku. Kemudian Niken menggantikan posisinya utk mengulum k0ntolku. Walaupun sudah berhari-hari mengenal mereka, tp aku belum pernah ‘menggunakan’ mereka.
Kuluman Niken lebih nikmat, sepertinya Niken sudah sangat profesional. Lisa dan Widya memegangi Tika agar Tika belajar cara mengulum k0ntol yg benar. Tdk sampai 5 menit aku sudah merasakan aku akan mencapai klimak, benar-benar kuluman super hot, sebentar saja aku sudah merasa melayang. Kemudian aku pun menyemprotkan air maniku di dalam mulut Niken yg hangat.
“Begini saja mau diajarin…” sindir Niken yg kemudian bangkit dan mendekati Tika.
Tiba-tiba Niken langsung menyambar bh yg dipakai Tika hingga lepas. Sungguh indah buah dada Tika, buah dada ABG yg masih ranum dgn puting susu yg masih merah muda, sungguh cewek yg sangat perfect buatku.
Lisa dan Widya yg sedang menangkap Tika pun segera memplorotkan celana dalam Tika dgn cepat. Tika yg tiba-tiba diperlakukan begitu sedikit kaget dan berontak. “Munafik banget lu jadi cewek, tadi bilang mau jadi perek, sekarang kok berontak?” tanya Niken sambil memegang dagu Tika.
Bulu-bulu meqi Tika pun masih jarang namun rapi. Sungguh indah, membuatku tak mampu menahan konak. “Sini aku ajarin…” kata Niken yg langsung meremas buah dada Tika yg kenyal. Aku yg sudah terbawa nafsu juga tdk mau kalah, aku minta bagi dgn Niken, kukulum langsung buah dada sebelahnya Tika.
Tampaknya Tika tdk melawan, dia sangat membutuhkan pekerjaan ini. Tubuh putih mulusnya diraba kami, para gadis lain seperti cewek lesbian saja, tak henti mengerjai Tika. Puting merah muda nya sangat menawan, dgn ukuran pNikendara yg tdk terlalu besar, aku sangat bernafsu menyedot dan sedikit menggigitnya.
Sedang asyik menikmati pNikendara Tika, k0ntolku yg masih terpampang tanpa penutup langsung kembali dilumat Niken. Kali ini aku sangat konak dgn ditemani empat cewek cantik.
Puas mengulum k0ntolku, Niken memerintahkan Tika kembali mengulum k0ntolku. Akupun merebahkan badanku ke sofa membiarkan para gadis itu melayaniku. Lisa dan Widya tdk melakukan apa-apa, mereka hanya menangkap tangan Tika agar dia tdk berontak. Niken dari belakang mengelus bokong Tika.
“Sepertinya masih seret nih..” kata Niken sambil menjelajahi sekitar pantat hingga ke meqi Tika.
Aku biarkan apa yg mereka buat, aku hanya menikmati kuluman Tika, yg sesekali aku menjambak rambutnya agar lebih menikmati sensasi ini. Tika sudah tdk menangis, tp mata nya masih merah dan sedikit bengkak, membuat aku berimajinasi sex ini sebagai aksi perkosaan.
Tiba-tiba aku tersentak, kutarik rambut Tika agar menjauh dari k0ntolku, hampir saja dia menggigit k0ntolku.
“Kau mau membunuhku ya?” teriakku spontan sambil menampar Tika.
Tika pun tersungkur dan kemudian memandang ke arah belakang, ternyata Tika terkejut dgn sesuatu yg masuk ke dalam lubang meqi nya.
“Agghhh, sakit…” Tika merintih ketika Niken memaksakan kepala microphone masuk ke dalam meqi Tika.
“Hahaha, seret banget…” puji Niken yg terus memaksa masuk microphone karaoke tersebut.
“Jangan mbak… Sakit….” Tika coba memelas.
Niken kelihatan kesal karena usahanya gagal,
“Ok deh, tar lebarin dulu baru test karaoke…”.
Niken kemudian menusukkan jari telunjuknya ke lubang meqi Tika, tak puas dgn itu Niken pun menggunakan 2 jari utk mengobok-ngobok meqi Tika. Aku semakin nafsu dan kemudian menarik rambut Tika agar kembali mengulum k0ntolku.
Melihat Tika sudah tdk berontak, Lisa dan Widya merenggangkan cengkraman mereka. Malahan mereka menghampiriku dan membantuku menanggalkan pakaian atasku.
Bajuku ditarik mereka ke atas hingga lepas. Kemudian Widya mendekatkan wajahnya utk berciuman dgnku, harum sekali, wajahnya manis tak nampak sebagai gadis nakal. Sedangkan Lisa malah menciumi dadaku bahkan menyedot putingku, sungguh geli sekali.
Tika pun sudah mulai mahir mengulum k0ntolku. Lisa dan Widya memperebutkan putingku, sungguh nikmat dilayani beberapa gadis cantik. Sedangkan Niken masih sibuk mengobok-ngobok meqi Tika.
“Waahhh, senang-senang kok gak bagi-bagi?” tiba-tiba terdengar suara seorang laki-laki di depan pintu.
“Agus?… Kok gak jagain bawah?” tanya Niken yg juga kanget melihat Agus berjalan masuk.
“Tuh, barusan Marwan dan Iskandar datang, gue suruh jagain bawah aja, hehehe…” jawab Agus yg seakan sudah tahu apa yg kami lakukan di sini sebelumnya.
“Wah, kasihan tuh Marwan sama Iskandar…” kata Niken yg kemudian mengajak Lisa dan Widya utk menggantikan Marwan dan Iskandar yg berjaga di luar.
“Siapa tahu di bawah ada pelanggan…” sambung Niken dan kawannya menuju ke lantai bawah.
Karena tdk mau didahului Agus, saya segera memeluk tubuh Tika dan menariknya ke pangkuanku. Dgn posisi membelakanginya ku lesapkan rudal yg sudah ngeceng ini ke lubang meqi Tika, “jleeppp…” suara lubang meqi Tika yg tertembus rudalku.
Karen posisiku membelakangi Tika, memberikan ruang bagi tubuh Tika yg putih dan mulus utk dijamah Agus. PNikendara Tika menjadi mainan bagi Agus yg sedikit hypersex. Ku naik turun kan Tika dari pangkuan agar meqinya terus mengocok batang kemaluanku
Sedangkan Agus sedikit kesulitan menikmati pNikendara Tika karena goyangan kami. Bukan hanya mengulum puting susu Tika yg masih berwarna merah muda, tetapi Agus juga mencubit dan memilin puting itu dgn jarinya. Raut wajah Tika masih terlihat sedih, mungkin dia sedikit keberatan dgn perlakuan seperti ini, tp apa boleh buat, keputusan telah diambilnya.
Sedang asyik menggenjot Tika, tiba-tiba Marwan dan Iskandar pun datang. Mereka tdk perlu di bawah lagi karena Niken dan kawan-kawan sudah menggantikan tugas mereka. Agus yg merasa jatah ini akan direbut Marwan dan Iskandar, maka ia segera menelanjangi dirinya segera.
Aku sudah tahu bahwa Agus adalah orang yg sangat mudah terangsang, ia segera menjambak rambut Tika dan menarik kepalanya menunduk hingga ke bawah agar Tika bisa mengulum k0ntolnya. Melihat posisi Tika sedikit menyakitinya, saya pun merangkul pinggul Tika dan berpindah ke lantai tanpa mau melepaskan k0ntolku dari cengkraman meqinya.
Muka Tika sedikit pucat, dia mungkin tdk menygka akan melayani lebih dari satu pria. Pipinya masih basah dgn air mata dan mulutnya sibuk mengulum k0ntol Agus. Ku lihat gerakan Agus sedikit kasar, dia menjambak rambut Tika dgn keras dan memaju mundurkan kepala Tika dgn paksa.
Melihat semangat Agus yg menggebu-gebu membuat aku semakin menantang utk mempercepat tempo permainan ini. Marwan dan Iskandar melepaskan pakaian mereka dan menunggu giliran sambil bercanda ria.
Aku merasa k0ntolku akan segera menumpahkan sperma, segera ku cabut dan meminta ganti posisi dgn Agus. Agus sudah mengerti dan segera bangkit, ia tdk menggantikan posisi ku, tetapi malah ke luar dari ruangan, aku tahu dia pasti punya rencana lain.
Dan sampailah saya di tingkat menuju alam nikmat, kuluman Tika membuat k0ntolku bergejolak dan memuncratkan sperma dalam mulut Tika. Tika mencoba utk membuangnya tetapi aku tdk mau melepaskan k0ntolku dari mulutnya hingga dia terpaksa menelan habis sperma yg ku keluarkan.
Setelah menyalurkan nafsu birahiku ini, ku cabut segera k0ntolku dari mulut Tika yg masih tersisa sedikit lelehan sperma. Marwan dan Iskandar segera mendekat dan mengambil posisi masing-masing. Aku sedikit capek sehingga hanya bisa memandangi aksi mereka sambil menikmati musik yg sedari tadi telah dimainkan.
Marwan meminta jatah dari mulut Tika sedangkan Iskandar meminta jatah dari meqi Tika. Tika terlihat kelelahan dan tdk banyak bergerak, dia mungkin tdk mampu lagi melayani genjotan-genjotan dari Marwan dan Iskandar.
Lagu ‘Hapus Aku’ nya Nidji akhirnya ku putar utk berkaraoke sambil menemani teman-teman ku yg sedang asyik bercinta. Lagu belum selesai ku nyanyikan ternyata Agus sudah kembali, tp dia tdk sendiri, dia datang bersama Budi dan Eko. Entah bagaimana Budi dan Eko bisa tahu ada pesta di sini.
Ku lihat mereka berlima mengerumuni Tika, entah apa yg akan mereka lakukan, yg jelas ku lihat Agus membawa sebuah kantong yg entah berisi apa. Tika kemudian menyerah dgn keputusannya, ia mulai memohon dan ingin menghentikan semua,
“jangaannn mas… saayyaa suudahhh takk sangguuppp…” Ia terlihat kelelahan dan tertatih-tatih saat memohon.
Sambil memutar lagu selanjutnya aku melihat kelima temanku tdk menghiraukan permintaan Tika. Agus malah mengeluarkan seutas tali dari kantong yg dibawanya.
“Sayaa caapppeee maasssss…..” rintihan Tika yg hampir tdk terdengar karena suara lagu karaoke ku yg lebih keras. Mereka tdk menghiraukan rintihan Tika, melainkan mereka mengikat Tika hampir di sekujur seperti di adegan film bokep jepang yg ber-genre bondage.
“Cuukkkuuppppp…. Saayyyyaaaaa ggaak kuuaaattttt laggiiiii……” Tika memohon agar aksi mereka dihentikan. Bukannya merasa iba, mereka malah menjadi lebih brutal, Tika diikat tak berdaya, dan mereka pun berebutan ingin menyetubuhinya.
Aku hanya meneruskan karaoke ku sambil sesekali melihat aksi mereka yg saling bergantian posisi, bahkan sampai Tika digantung dan kemaluannya disodok dgn sextoy semacam k0ntol karet yg dapat bergetar kencang. Sudah satu album rasanya ku nyanyikan lagu favoritku ini, tp mereka masih belum lelah juga beraksi, hingga saatku lihat mereka kembali bosan dgn tema bondage, mereka pun kembali melepaskan ikatan Tika.
Bosan terus-terusan berkaraoke, saya pun kembali mendekati Tika, mencoba meminta sedikit jatah lagi. Tp belum sempat berbuat apa-apa ketika Tika yg sudah lunglai, tiba-tiba ada beberapa orang masuk ke ruangan.
“Kok gak jagain bawah?” tanyaku heran ketika melihat Niken, Lisa dan Widya kembali ke ruangan.
“Sepi… Jadi kami tutup saja… Hehehe…” jawab Niken yg kemudian menyambung,
“Lihat, apa yg kami bawa…” sambil tersenyum dan berhenti melangkah, Niken mempersilahkan orang di belakangnya utk mendahului.
Ternyata mereka tdk bertiga, mereka bersama Topan, Sigit dan Iwan.
“Mari kita pesta…” seru Topan sambil menunjukkan sesuatu yg dia bawa, beberapa botol bir Guinesse dan beberapa slop rokok Marlboro.
“Wah, anggota baru nich?” tanya Iwan yg melihat Tika, seakan air liurnya akan menetes ke luar.
Belum sempat menjawab, Iwan dan Sigit sudah seperti kesetanan, mereka langsung melepaskan pakaian dan segera mendekati Tika, berebutan dgn lima teman lainnya. Melihat ramai begitu, saya pun tak berniat lagi menyicipi Tika, terlalu ramai menjadi sulit berbagi. Aku dan Topan kemudian hanya menikmati bir Guinesse bersama Niken, Lisa dan Widya.
Sedikit iri atau ketdkpuasan belum cukup menikmati Tika sehingga aku terus memandang aksi mereka bertujuh yg mengerjai Tika. Sambil meremas-remas k0ntolku yg sudah kembali ngaceng, aku memperhatikan mereka dgn seksama, kelihatannya Tika sudah tak sadarkan diri, rambutnya yg lurus panjang sudah acak-acakan, mukanya yg manis dgn tipe oriental sudah penuh dgn cairan sperma, dan tubuhnya yg langsing dan sexy penuh dgn cupangan, terutama di pNikendara nya yg tdk begitu besar namun bulat.
Ku nyalakan sebatang rokok utk menemaniku menunggu giliran, menunggu ketika teman-teman lain sudah lelah dan aku bisa menggantikan mereka. Aku terkejut ketika k0ntolku diraba seseorang, ternyata Lisa sedang menyentuh k0ntolku.
“Biar saya saja mas, tar tangan mas cape…” kata Lisa yg ingin membantuku mengocok k0ntolku. Dan ketika ku melihat ke samping, ternyata Topan sudah sedang asyik bercumbu mesra dgn Niken dan Widya.
Melihat mereka semua sudah pada sibuk sendiri, akhirnya aku membiarkan Lisa memberikan service terbaiknya padaku. Sepongannya sungguh nikmat, Lisa ternyata sangat profesional, mungkin selama ini Lisa dan kawan-kawannya sengaja dipelihara Janu hanya utk sekedar pemuas nafsu.
Aku dan Lisa tdk hanya sampai di sini, kami pun kemudian melakukan hubungan badan layaknya sepasang suami istri. Lisa sangat agresif, aku benar-benar merasakan nikmat tiada tara. Wajahnya tdk terlalu cantik, tp senyumannya manis, tubuhnya sedikit mungil dgn kulit sawo matang layaknya pribumi lainnya, yg aku suka adalah buah dadanya, ranum, tdk besar tdk pula kecil, layaknya ABG yg baru tumbuh susunya, memang selera saya seperti itu. Sedangkan Topan masih di-service Niken dan Widya, dan tujuh teman lainnya masih asyik berebutan menikmati tubuh Tika yg tak berdaya.
Hampir satu jam memadu cinta dgn Lisa, aku kembali bosan setelah sperma ku keluar dan ditelan habis oleh Lisa. Aku coba menyalakan rokok utk men-charge kembali tenagaku. Beberapa teman juga sepertinya sudah lelah.
Aku lihat Tika dan Lisa sudah tdk dikerumuni lelaki, mereka berdua sedang istirahat, tp kondisi Tika lebih parah, ia sepertinya sudah benar-benar kehabisan tenaga, terkapar dgn nafas yg terputus-putus.
Hanya aku, Agus, Marwan dan Iskandar yg beristitahat sambil nge-bir dan merokok. Topan, Eko, Budi, Iwan dan Sigit saling bergantian menyetubuhi Niken dan Widya. Pesta perekrutan anggota baru yg benar-benar sangat menyenangkan.
2 batang rokok sudah kuhabiskan, aku merasa sedikit bersemangat kembali, maka aku pun bangkit dan menuju ke arah Tika yg terbaring lemas, aku ingin mencicipinya sekali lagi. Tika yg telah kehilangan kesadarannya tdk berkutik disetubuhiku.
Topan, Eko, Budi, Iwan dan Sigit akhirnya pun terkapar lelah. Tiga teman baik (Niken, Lisa dan Widya) pun terlentang capek mencoba menarik nafas utk mengistirahatkan badan. Tetapi mereka sepertinya kurang beruntung, karena Agus, Marwan dan Iskandar telah bangkit dan mengambil jatah masing-masing, satu orang satu.
Pesta perekrutan ini pun berlangsung hingga pagi hari. Non stop berpesta, dgn bergantian beristirahat. Saling berganti pasangan, berganti posisi dan berganti gaya. Hingga esok harinya, usaha kami diliburkan satu hari karena kami kelelahan. Tp jelas tdk mengecewakan, karena kami telah menambah teman baru. Selamat datang Tika.
0 comments:
Post a Comment