TOMAT BASAH - Ini adalah pengalamanku beberapa bulan lalu di tempat kost pacarku Desi. Aku sudah terbiasa keluar masuk di tempat kost itu baik itu bersama Desi atau sendirian. Kadang aku juga nginep kalau kemalaman. Kost ini memang nggak ada yg ngawasi, pemiliknya hanya datang sebulan sekali ambil duit.
Suatu hari aku datang ke kost Desi, sialnya pas saat itu Desi sudah keburu pergi ke Bromo bersama teman kuliahnya. Dalam hatiku aku mengumpati si Desi yg nggak lagi pamit kek atau ngasih tahu seperti biasanya. Mentang-mentang dia ada yg naksir lagi trus aku mulai nggak dianggap lagi.
Sore itu iseng-iseng aku nyalakan komputer di kamar Desi, ntar biar aku masukin virus makro-nya MS-Word lagi biar ilang semua ketikan dia. Tapi aku main DOOM dulu biar medongkolku agak berkurang. Belum 15 menit aku main tiba-tiba pintu kamar yg nggak aku kunci terbuka. Bella dengan celana pantai dan kaos dagadunya sudah menerombol masuk ke kamar Desi. Waduh aku kena jadi sembur monster Doom deh.
“Hai mas,… sedang apa ?” si Bella teman sekost nya Desi datang, wah si Bella nih pasti minta tolong ngetik lagi.
“Minta tolong dong mas,…” pintanya sambil berganyut di daun pintu. Aku pura-pura nggak mau
“Aduh,.. aku bener-bener capek sekarang La,… kalau kamu sendiri mau pake komputer ini pake aja” Bella memonyongkan bibirnya, aku tahu dia nggak lancar ngetik maklum nggak sering make komputer.
“Tolonglah mas,… aku nggak bisa ngetik lancar nih apalagi ini banyak rumusnya, bisa-bisa dua lembar selesai dua hari “. Memang sih kalo MSWord pake rumus mesti klak-klik terusan ngerjakannya.
“Kamu bawa ke rental saja deh, ntar disana ada kok yg mau ketikin”.
“Penuh,… besok sudah harus dikumpulin” jawabnya singkat.
“Duh mahasiswa, kebiasaan pake acara dadakan tuh,… Oke aku ketik tapi nanti kamu harus pijitin aku. Bagaimana ?” aku mengajukan penawaran.
“Nanti kalo ketahuan Desi ?” Bella memandang langit-langit dan aku memandangi pahanya.
“Enggak,… kan Desi lagi ke Bromo”
Singkatnya penawaranku diterima dan aku langsung ketik naskah punya Bella. Baru dua paragraf aku ketik, aku jadi teringat kalau aku juga pernah ketik naskah semacam ini untuk Desi. So jadi tinggal Copy dan Paste lalu Edit sedikit dan selesai.
“Di print sekalian nggak nih La ?” tanyaku pada Bella yg malah asik bolak-balik majalah punya Desi.
“Lho kok cepet sekali, nggak ada yg salah ketik apa ?” ia bangkit dan mendekat ke arah monitor memeriksa naskah itu.
Bella agak membungkuk membaca hasil ketikanku di monitor. Eh ada kesempatan baik, leher kaosnya jadi turun dan aku bisa melirik tetek milik Bella. Luar biasa, sekilas saja aku bisa pastikan tetek milik Bella masih kencang.
“Eh nakal ya,…” aduh ketahuan deh.
Bella segera bangkit dan menutup leher kaosnya. Aku nyengir-nyengir saja. Tapi dia nggak serius tuh marahnya, Bella malah senyum-senyum malu sambil memaksakan diri melotot.
“Ntar aku bilangin Desi lho, mas suka ngintip” ancamnya lagi.
“Ah bukannya kamu yg suka ngintip kalo aku pas tidur sama Desi”, aku balikan kata sambil menyalakan printer.
Memang Bella pernah ketahuan ngintip pas aku sedang minta jatah biologis sama Desi.
“Nih ” empat lembar naskah itu sudah tercetak dan aku serahkan sama Bella.
“Trims ya mas,…. Jadi nggak pijit nya ?”
“Oh ya jadi dong,…”
Aku tiduran di ranjang dan Bella memijiti punggungku. Pintu aku tutup tapi nggak aku kunci. Aku melepaskan baju yg aku pakai, aku bilang takut kusut. Pijatan Bella terasa enak sekali malah seperti sudah prof. Dari leher sampai pinggang diurut dengan seksama.
“La,… kamu cerita sama Budi (pacarnya Bella) nggak ?” tanyaku membuka kebisuan.
“Cerita apa ?”
“Tentang yg kamu intip itu”
“Ah ya enggak dong ”
“Bener ?”
“Iya,..!!!”
20 menit aku dipijitin sama si Bella lalu dia mengeluh capek. Aku menawarakan diri untuk gantian pijit.
“Ah enggak ah, geli,…”.
“Tapi enak lho La percaya deh” mulanya dia nolak tapi akhirnya mau juga.
Aku bangkit sambil aku geser dia untuk naik ke ranjang. Aku pijit mulai dari lehernya lalu turun ke punggung dan pinggang. Aku perhatikan paha bagian belakang Bella mulusnya bukan main, putih lagi.
“La kamu pernah nggak main sama Budi ?” aku beranikan diri untuk masuk ke dalam topik yg rada ngeres.
“Main apaan ?”
“Main kayak aku sama Desi”
“Ehm,… mulai aneh-aneh ya,…”
“Cuma nanya kok ”
“Kalo pernah kenapa dan kalo belum pernah juga kenapa ?”
“Yah nggak apa-apa, cuma pingin tahu aja, kamu tahu aku sama Desi, aku juga kepingin tahu kamu dengan Budi”
“Nggak ah,… nggak aku jawab”
“Ah berarti pernah nih”
“Lho kok bisa ambil kesimpulan?”
“Iya biasanya kalo belum pernah pasti jawabnya tegas belum”
“Terus, kalo aku sudah pernah main sex begitu sama Budi kenapa juga”
“Yah,… barangkali,….” Aku sengaja nggak nerusin kata-kataku.
“Barangkali apa ?!”
“barangkali aku boleh coba”
“Ah nggak mau,….”
“Kenapa,…”
“Aku takut, punya mas besar sekali”
“Justru yg besar itu yg enak tahu ”
“Ah masak ?” Bella memutar badannya dari yg tadinya telungkup jadi telentang.
Aku nggak buang waktu lagi, aku segera menindihnya. Bella gelagepan ketika aku serang teteknya yg membuat aku penasaran dari tadi. Aku ciumi lehernya sampai dia terengah-engah kehabisan nafas. Ketika aku dapatkan bibirnya tanganku mulai melepasi kaos dan celana pantai sekalian cd-nya. Aku tangkap gundukan daging di selangkangannya dan dengan jari tengahku aku gosok lipatan dagingnya yg sudah becek dengan lendir. Bella jadi Ahhh uhhhh sambil menggelinjang ke kanan dan ke kiri.
Tiba tiba Bella jadi buas, ia mendorong tubuhku dan duduk diatas perutku membelakangi aku. Dengan terburu-buru ia melepaskan ikat pinggang celana yg aku pakai. Aku ngeri takut kalau resleting celanaku makan korban. Dan sebentar saja Bella sukses menurunkan celana yg aku pakai sebatas lutut.
Dan bongkahan daging yg sedari tadi sudah membengkak diselangkanganku menyembul keluar. Bella meremasnya kuat-kuat sebelum ia memundukkan pantatnya ke arah mukaku dan “slup” bongkahan dagingku itu sudah masuk dalam mulutnya. Nggak nygka, Bella yg selama ini aku kira diem eh ternyata,…. Boleh juga permainannya.
Aku juga nggak tinggal diam, memiaw Bella yg hampir tanpa bulu itu sudah terpampang didepan mukaku dan aku hisap serta jilati sepuasnya. Lidahku aku julurkan mencoba menerobos ke dalam lobang memiaw Bella. Sejenak ia melepaskan kulumannya dan menengadah sambil merancu “Ehhh lagi mas ehhh terus terus yah yg itu ehhhh” ….
Aku nggak tahan lagi didiemin barangku. Segera aku dorong pantat Bella sehingga ia telungkup lagi dan aku arahkan rudal scottku ke balik pahanya.
“Agak diangkat dikit dong Va” pintaku supaya Bella agak nungging.
Ia menuruti sambil membuka selangkangannya lebih lebar. Dan aku mulai membenamkan rudalku dalam memiawnya. Ia meringis dan katanya punyaku lebih besar dari pada milik si Budi.
Tapi ketika aku mulai membenamkan lebih dalam lagi Bella melotot dan mengaduh kesakitan. Mungkin karena ia baru pertama kali ini mendapatkan the real penis macam punya aku. Aku diamkan sebentar sambil menenangkan Bella. Kalau gara-gara ini akhirnya di cancel wah rugi dong aku.
Aku mulai pelan pelan menarik dan membenamkannya lagi sampai Bella terbiasa. Nggak seberapa lama kok, lima enam kali memiaw Bella sudah bisa adaptasi dengan punyaku. Meskipun begitu lobang memiaw Bella masih terasa menggenggam batang dagingku erat sekali. Jadi ingat rasanya seperti pertama aku memperawani si Desi dulu.
Nggak sampai sepuluh menit Bella sudah kejang melepaskan orgasmenya yg pertama. Ah dasar pemula sih. Aku berhenti sejenak disaat aku sudah sampai pada tujuh puluh lima persen hampir orgasme.
Aku bangkitkan lagi gairahnya dengan meremas kedua puting tetek Bella dari belakang. Berhasil, Bella mulai menggoygkan lagi pantatnya dan aku nggak buang waktu lagi, aku segera mengayunkan ke depan dan kebelakang mengimbanginya. Bella orgasme sampai empat kali sebelum yg kelimanya aku dan Bella orgasme bareng-bareng. Aku hamburkan semua spermaku dalam memiaw Bella yg berdenyut kuat dan aku tertidur.
Aku bangun sekitar pukul setengah sembilan dengan kemaluan masih menancap dalam memiaw Bella. Aku bangunkan dia dan,… asiknya si Bella jadi minta lagi. Malam itu aku ganti ganti style mulai dari frontal, berdiri, doggy style juga dengan duduk diatas kursi.
Aku bermalam di tempat kost itu kali ini bukan di kamar Desi tapi di kamar Bella. Aku jadi nggak kesepian lagi meski Desi ke Bromo sampai empat hari dan empat hari itu aku dan Bella menggunakan kesempatan sebaik-baiknya.
Bella pindah kost setelah dua minggu sejak itu. Tempat kost baru Bella sejenis dengan tempat kost sebelumnya bebas keluar masuk. Aku dapat dua jatah satu dengan Desi satu lagi dengan Bella. Terus terang aku lebih suka main dengan Desi yg lebih prof daripada Bella.
Beberapa hal yg aku suka pada tubuh Bella adalah memiawnya yg nggak terlalu banyak bulu dan teteknya yg begitu ranum, sedang yg aku suka pada Desi adalah teknik main sexnya yg luar biasa. Sorry nggak sempat aku ceritakan disini, mungkin lain kali.
Buat Budi aku minta maaf telah melanggar kebunmu, habis menurut Bella kamu kurang bersungguh-sungguh dan selalu ketakutan dengan kehamilan. Kan ada tekniknya supaya nggak hamil tanpa harus ketakutan.
0 comments:
Post a Comment